Begitu pula jika ada kematian, jika yang meninggal beragama Nasrani maka untuk menjamu dan tempat keluarga bermalam bagi yang beragama Muslim dipisahkan tempatnya, begitu juga untuk makannya biasanya ditempatkan di  rumah keluarga yang beragama sama dengan mereka. Bahkan jika ada kebaktian dan ada menu khusus yang tidak bisa disantap bagi pemeluk agama Islam, maka jamuan makannya dilaksanakan di tempat tetangga atau keluarga yang beragama Islam juga, biasanya cuma berjarak satu atau dua rumah saja atau tetangga sebelahnya. Hal ini pun terjadi ketika ada keluarga mereka yang beragama Hindu Keharingan lalu melaksanakan proses Tiwah singkat dalam kurun waktu kurang dari 1 minggu ( di wilayah Kalimantan Tengah Tiwah dilakukan selama 1 sampai 3 bulan), maka makanan untuk beragama Islam maupun Kristen dibedakan rumah dan tempat pengolahannya. Bagi masyarakat disana, perbedaan tidak menjadikan jurang pemisah bagi keluarga, teman dan pekerjaan mereka, malah itu menjadikan mereka dan masyarakat Dayak yang ada disana memahami konsep awal dan hakikat falsafah "Rumah atau Huma Betang" tersebut.
Janganlah kita  terlalu mempersoalkan hal-hal yang bisa memecah belah persatuan bangsa, karena sama-sama membenarkan pernyataan dan pendapat kita masing-masing. Tidak seorangpun yang benar dan sempurna,  cuma Tuhan atau Allah lah sajalah yang sempurna. Hal ini bisa kita lihat dari tema yang akan diusung dalam peragaan busana Mbak Asri Welas bulan Februari 2015 di  New York, Amerika Serikat yaitu " Bhinekka Tungga Ika". Semoga hasil karyanya bisa mengharumkan nama bangsa dan semoga temanya juga jadi pengingat bagi kita-kita yang mulai lupa akan makna dan arti kalimat tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H