Aku melihat ada sorot rasa rasa kehilangan di matanya. Aku memiliki 3 saudar, kakak pertamaku telah menikah dan tinggal di pulau yang lain, kakakku yang kedua telah menikah dan telah lebih dahulu ditugaskan pada tempat terpencil di daerahku sehingga ia akan jarang pulang. dan adikku anak lai-laki satu-satu ayah dan ibu malah lebih memilih merantau ke kota yang jauh untuk mengadu nasib mencari pekerjaan.Â
Sudah lama ini sepi. Hanya ada suara televisi saat malam tiba. Ayah dan ibu sudah jarang tidur di kamar, mereka lebih memilih tidur di depan televisi dari pada tidur di kamar. Katanya kalau tidur di kamar terasa sunyi tetapi kalau di depan televisi maka televisi itu akan hidup sampai pagi.
Setelah keputusan itu, inilah aku sekarang, hidup di tempat asing. Lingkungan disini berbeda dengan tempat tinggalku. Bahkan berbeda 360 derajat. Aku terima takdirku untuk mengajar disini, aku iklas, tetapi terkadang rasa rindu itu selalu muncul ketika jam senja seperti ini. aku akan selalu teringat pada ibu yang selalu kutemani melewati senja ditiap harinya.
Ayah, ibu, kita masih dibawah langit yang sama. Semoga langit yang sama ini akan selalu melindungi kita dari segala hal buruk yang datang. Ayah dan ibu, anakmu disini baik-baik saja dan semoga akan selalu baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H