Mohon tunggu...
Ayu Setia Ningsih
Ayu Setia Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Batam-Indonesia

Teacher- Mother-Entrepreneur-Writer

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Tantrum pada Anak, Normalkah?

10 Agustus 2023   10:10 Diperbarui: 10 Agustus 2023   10:34 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada umumnya, tantrum kerap terjadi pada anak usia balita berupa ledakan emosi secara tiba-tiba dan frustasi yang tidak terkendali. Si kecil hanya belum mampu mengkomunikasikan emosi yang bergejolak pada dirinya, sehingga menangis, melempar barang-barang, muntah, berteriak, lemas, mendorong, membenturkan kepala, atau berguling-guling merupakan luapan yang normal pada usia balita. Terkadang pula, tantrum juga merupakan "strategi" si kecil agar mendapatkan apa yang ia inginkan, seperti perhatian atau benda yang ia inginkan.

Ada beberapa penyebab tantrum:

  • Emosi yang kuat
    Berupa amarah, rasa takut, khawatir berlebihan, atau malu, dapat membuat mereka merasa tidak nyaman, tidak dapat mengatasi kesulitan, dan kemudian mengekspresikan tantrumnya.
  • Simulasi yang berlebihan dan kelelahan
    Sebenarnya mereka butuh istirahat, tetapi mereka masih belum mampu mengungkapkan kebutuhannya.
  • Temperamen
    Sifat ini dimiliki oleh si kecil yang sangat sensitif atau mudah sekali kesal dengan hal-hal yang tak sesuai dengan keinginannya.

Beberapa orang tua kerap merasa kewalahan jika si kecil sudah menunjukkan tantrumnya. Berikut tips yang dapat dipraktikkan apabila keadaan tersebut terjadi:

  • Pastikan si Kecil berada di tempat yang aman
    Bisa saja, tantrum terjadi di tempat umum, seperti tempat perbelanjaan. Bunda perlu memastikan bahwa area sekitar si kecil aman dari barang-barang yang membahayakannya dan orang sekitar. Jika ia kerap tantrum dengan melempar barang-barang, maka jauhkan ia dari tempat yang penuh barang.
  • Hindari menasehati atau beragumen dengan si kecil saat tantrum
    Hal ini sangat tidak efektif. Emosinya sedang meledak, nasihat atau amarah kita akan sulit diterima olehnya.
  • Beri waktu agar ia tenang dengan sendirinya
    Hingga saat ini, jika orang tua tidak merespon berlebihan terhadap tantrumnya si kecil adalah solusi terbaik. Beri ia ruang dan waktu untuk meluapkan emosinya sesaat. Setelah ia tenang, ajaklah ia berbicara dan berikan pandangan terhadap tindakannya.
  • Bersikap konsisten
    Kegagalan mengatasi tantrum hari ini adalah dampak dari ketidak konsistenan beberapa orang tua dalam menghadapi tantrum pada hari lalu. Ibarat peraturan yang sudah dilanggar, maka akan sulit diterapkan kembali. Jangan mudah menyerah sesulit apapun keadaan saat si kecil tantrum.
  • Puji dan dukung si kecil saat melakukan perbuatan positif
    Bunda dapat memberikan pelukan atau kalimat dukungan kepada si kecil jika ia melakukan hal positif sekecil apapun. Hal ini tentu saja akan meningkatkan rasa percaya diri karena mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Kalimat dukungan dapat berupa, "Wah, Anak Bunda hebat. Bunda seneng banget kamu mau berbagi dengan temanmu." Hindari hanya mengatakan, "Wah, keren." Si kecil akan bingung perilakunya yang seperti apa yang disebut keren.
  • Buat Kesepakatan
    Jika ia pernah tantrum di tempat perbelanjaan karena menginginkan benda yang tidak seharusnya dibeli pada hari itu, maka sebelum berangkat ke tempat perbelanjaan, buatlah kesepakatan dengannya. Seperti, "Nak, kita mau ke supermarket. Kita mau beli susu dan roti kamu, ya. Cukup susu dan roti saja." Pastikan ia memahami tujuan keberangkatan tersebut. Jika sesampainya di tempat perbelanjaan, ternyata keinginannya bertambah, lakukan diskusi segera. Agar ia mengingat kembali kesepakatan sebelumnya.
  • Bersikap tenang dan sabar
    Orang tua perlu bersikap tenang terlebih dahulu ketika is kecil sedang tantrum. Keadaan ini akan membuat kita lebih sabar menghadapi si kecil. Ketika hendak marah, minta pasangan untuk mengambil alih sementara Bunda menenangkan diri. Setelah tenang, maka datanglah kepada si kecil kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun