Mohon tunggu...
Ayu Setia Ningsih
Ayu Setia Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Batam-Indonesia

Teacher- Mother-Entrepreneur-Writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seni Berbicara pada Anak Tanpa Berteriak

17 Mei 2022   17:07 Diperbarui: 25 Mei 2022   06:00 1859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah sebagai orang tua, kita sudah menerapkan etika berkomunikasi yang baik? Bagaimana perasaan orang tua yang senantiasa berteriak ketika berbicara kepada anak-anaknya? Tidakkah merasa lelah akan kebiasaan yang tidak efektif ini? Orang tua perlu memahami cara berkomunikasi yang efektif dan baik kepada anaknya.

Komunikasi adalah proses mentransfer informasi secara dua arah. Kita mendengarkan si pemberi informasi begitu pula sebaliknya. 

Orang tua perlu mengetahui bahwa cara berkomunikasi dengan anak perempuan dan laki-laki bahkan terdapat perbedaan. Namun, sebelum kita berselancar lebih jauh, coba perhatikan beberapa etika yang baik ketika berbicara dengan anak:

1. Eye level

Apakah kita sudah membiasakan diri ini untuk selalu menjadi lawan berkomunikasi yang saling menghargai? Salah satu tanda bahwa kita menghargai lawan bicara adalah menatap matanya ketika berbicara. 

Kita perlu duduk sejajar dengan pandangan mereka, sekali pun lawan bicara kita adalah anak kecil. Mereka akan melihat kita sebagai lawan biacaranya yang bersikap seperti bos dan tampak seperti seorang raksasa yang berdiri di hadapannya. 

Alih-alih mereka mendengarkan apa yang ingin kita sampaikan, mereka meniru cara kita berbicara kepada lawan bicaranya nanti. 

Bisa dibayangkan, apabila ia mempraktikkan kepada orang yang lebih tua dari pada usia mereka? Apakah perilaku seperti ini yang ingin kita wariskan kepada mereka? Tentu saja tidak. 

Sebagai orang tua, mulailah menghargai anak ketika berbicara dan sejajarkan pandangan ketika berbicara padanya.

2. Gunakan bahasa yang santun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun