Mohon tunggu...
Ayu Setia Ningsih
Ayu Setia Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Batam-Indonesia

Teacher- Mother-Entrepreneur-Writer

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Uniknya Berlebaran di Desa Ulu Maras, Kabupaten Anambas

16 Mei 2022   01:00 Diperbarui: 16 Mei 2022   01:04 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepulauan Riau sangat terkenal dengan kekayaan budaya di berbagai kabupaten dan kotanya. Salah satu kabupaten yang masyhur dengan keindahan hayati bawah lautnya adalah Kabupaten Anambas.

Kabupaten Anambas memiliki beberapa desa yang asri dengan tradisi yang masih melekat hingga hari ini. Masa lebaran khususnya, akan kita temui beragam keunikan yang disajikan di salah satu desa yaitu Desa Ulu Maras. Saat ini, penulis sedang berada di salah satu kampung di Desa Ulu Maras yaitu kampung Air Maras, Jalan Masjid Air maras.

Sama seperti daerah-daerah lainnya, masyarakat melakukan pawai keliling desa pada saat malam takbiran. Orang dewasa, remaja, hingga anak-anak kecil pun turut memeriahkan malam ini. Konvoi truk, Honda, dan Tosa riuh menggemakan takbir di bawah langit Allah Swt.

Uniknya, masyarakat daerah sini masih menyebutkan merek untuk menamai kendaraan yang digunakan. Jika pembaca bingung apa itu Tosa, maka saya juga mengalaminya. Jujur saja saya tidak paham ketika disebutkan kendaraan pawai malam ini adalah Tosa. Ternyata, Tosa adalah sebutan untuk motor roda tiga yang terdapat bak terbuka di belakangnya. Begitu pula dengan kendaraan beroda dua, motor. Sangat jarang warga di sini menyebutnya motor atau sepeda motor. Mereka lebih akrab dengan sebutan Honda.

Perjalanan pawai takbiran pun dimulai dari Masjid Air Maras dan singgah di Desa Genting Pulur. Sesampainya di desa tersebut, ketua panitia pawai menyalakan kembang api. Tentu saja hal ini menambah semarak malam takbiran pada malam itu.

Pagi hari lebaran, masyarakat berbondong-bondong menuju Masjid Air Maras dengan mengenakan baju terbaik yang mereka miliki. Masjid yang sudah dibangun pada zaman penjajahan Belanda 1942 ini pun akan penuh pada saat Shalat Idul Fitri dari lantai satu hingga dua bahkan hingga ke lapangan masjid.

Sudah menjadi budaya di daerah ini sejak sebelumnya Kepala Desa bersama dengan perangkat RT dan RW sudah membagikan 'teritorial' untuk kunjungan pada saat lebaran. Jika pembaca berlebaran di sini, akan ditemukan istilah pembagian rumah yang merayakan lebaran hari pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Jangan sampai salah rumah, ya.

Apa saja hal unik yang sudah menjadi budaya di daerah ini? berikut ulasannya.

1. Pembagian Daerah Kunjungan

Daerah kunjungan sangat menentukan apakah pembaca bisa mendapatkan sambutan makanan-makanan khas lebaran atau tidak. Nah, ini dia teknisnya:

Bagian Laut akan merayakan lebaran pertama. Pembaca dapat berkunjung ke rumah-rumah tetangga dan mendapati makanan khas lebaran di setiap rumah pastinya. Bagian jalur kanan akan merayakan lebaran kedua, bagian darat akan merayakan lebaran ketiga, dan bagian trans (transmigrasi) akan merayakan lebaran keempat.

2. Bubar Shalat Ied, langsung silaturahmi

'Teritorial' kunjungan yang pertama adalah rumah-rumah di bagian Laut dan ketepatan masjid untuk melaksanakan shalat Ied pun berada di daerah Laut. Nah, pembaca akan langsung mendapati sebagian jamaah yang bahkan masih membawa mukenah akan langsung berkunjung dari rumah ke rumah warga bagian Laut ba'da shalat Ied.

Sungguh mengesankan bersilaturahmi di Desa Ulu Maras ini. Tuan rumah menyambut dengan ramah dan senyum yang merekah di wajahnya.

3. Makan lagi, makan teruuusss

Tak perlu masak makanan berat selama perayaan lebaran di sini. Hal ini dikarenakan kita akan mulai berkeliling dan berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya mulai dari pagi hingga sore hari. Mungkin hanya sekedar minum segelas teh saja dari rumah sebagai simbol sarapan pagi. Selanjutnya, kita akan 'berkelana' dan dijamin akan selalu kenyang.

Mengapa demikian? Setiap rumah akan menyuguhkan makanan khas Kepulauan Riau sebagai hidangan utama saat lebaran termasuk ketupat. Kue lebaran adalah hidangan sekunder di sini. Lebih baik tidak ada kue daripada tidak ada makanan khas daerah yang dihidangkan.

Kamu dianggap tidak menghargai tuan rumah jika tidak menyantap hidangan berat tersebut. Bisa dipastikan, apabila kamu berkunjung ke dua belas rumah yang menghidangkan ketupat, berarti sama saja kamu menyantap satu lusin ketupat dalam sehari jika di dalam satu rumah, kamu hanya menghabiskan satu buah ketupat beserta lauk pauknya. Siap-siap naik deh berat badannya! hihihihi

4. Berburu Makanan Khas Kepulauan Riau

Waktu lebaran adalah saatnya berburu makanan khas Kepulauan Riau di sini. Cihuuyyy... Say no to diet! hihihihi

1. Lakse/Laksa

Source: Gambar Pribadi
Source: Gambar Pribadi

Makanan yang terbuat dari sagu yang dibentuk sedemikian rupa dan disajikan dengan kuah kari ini bisa kamu temukan dari rumah ke rumah. Aroma khas dari lakse di sini berasal dari daun kesom yang menjadi salah satu rempah pada kuah karinya. Satu porsi lakse terdiri dari satu cap lakse dengan siraman kuah kari yang akan membuat kamu dijamin ketagihan.

2. Ketupat

Source: Gambar Pribadi
Source: Gambar Pribadi

Hampir di setiap daerah di Indonesia pasti menghidangkan ketupat sebagai hidangan utama di saat lebaran. Makanan yang dibuat dengan beras maupun ketan putih yang dibungkus oleh anyaman daun kelapa ini sangat pas rasanya dengan kuah kari, kuah ikan tongkol masak asam, dan cocolan sambal lingkong/serundeng jika di Desa Ulu Maras ini.

Cara menikmatinya tidak disiram, melainkan dicocol saja. Jangan sampai keliru, ya.

3. Bubur Belaok

Source: Gambar pribadi
Source: Gambar pribadi

Sesuai dengan namanya, bubur ini terbuat dari campuran bubur dengan rempah kari, daun kesom, dan suiran halus ikan tongkol salai. Tampilan warnanya yang kuning dengan aromanya yang khas serta penyajiannya pun berbeda sekali dengan bubur pada umumnya.

Bubur belaok sangat nikmat disantap saat masih panas. Bubur ini pun tidak menggunakan kuah atau tambahan kerupuk maupun suiran ayam. Langsung 'ngap' lalu kenyang.

4. Belebat Ubi

Source: Gambar pribadi
Source: Gambar pribadi

Makanan yang terbuat dari ubi berbungkus daun pisang ini dikukus dan dihidangkan dengan cocolan sambal nio' maupun kuah kari. Nio' adalah bahasa Melayu untuk sebutan buah kelapa. Kelapa sangrai halus yang diracik dengan ikan tongkol salai dan ramuan bumbu yang pas akan menjadi pasangan si belebat ubi ini saat dihidangkan.

5. Lontong Sayur

Jika kamu berkunjung di Kepulauan Riau ini, lontong sayur akan sangat mudah ditemui. Cara menikmatinya pun mungkin akan sama di setiap daerah di Indonesia. Iya, tentu saja lontong yang terbuat dari beras yang sudah dipotong kecil akan disiram dengan kuah sayur gulai lengkap dengan teri sambal, dan kerupuk.

6. Roti jala/kirai

Source: Riauonline
Source: Riauonline

Jangan membayangkan roti yang bulat dan empuk, ya. Roti kirai atau jala adalah sebutan untuk makanan yang terbuat dari tepung yang dibentuk seperti jala berwarna kuning. Hidangan ini akan terasa nikmat disantap dengan kuah gulai rempah kari.

7. Nasi Ubi

Ubi yang dirandau/parut dikukus terlebih dahulu hingga tampilannya lunak. Setelah itu, kita akan menikmatinya dengan kuah lemak seperti opor ayam yang terasa sedikit pedas. Nasi Ubi ini sudah ada sejak lama sebelum beras mudah ditemukan di daerah ini.

5. Pesta Air terjun Neraja

Source:Karimuntoday
Source:Karimuntoday

Pada hari lebaran ketiga, Desa ini akan mengadakan pertunjukkan band yang berlokasi di destinasi wisata yang menjadi kebanggaan masyarakat Anambas yaitu Air Terjun Neraje. Air tejun dengan ketinggian kurang lebih 20 meter ini menyajikan pembandangan alam yang sejuk dan tentu saja masih asri dengan rimbunnya pepohonan di sekitarnya.

Penampilan band? Jangan dibayangkan sekelas Ungu atau Noah band yang akan tampil, ya. Sebenarnya hanya hiburan organ tunggal saja dengan penyanyi lokal dari daerah Kepulauan Anambas juga. Namun, entah mengapa mereka lebih sering menyebutnya dengan "Hiburan band di Air Terjun Neraje".

Nah, itu tadi ulasan mengenai uniknya berlebaran di Desa Ulu Maras, Kabupaten Anambas. Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk berlebaran ke Desa Ulu Maras ini? Kamu hanya perlu merogoh saku sejumlah Rp 350.000 dan menaiki Kapal Ferry dari Kota Batam selama kurang lebih tujuh jam untuk tiba di Desa Ulu Maras ini.

Namun, pembaca juga bisa menggunakan pesawat terbang dengan biaya yang sedikit lebih tinggi yaitu sekitar Rp 700.000 dengan penerbangan selama kurang lebih satu jam dari Bandara Hang Nadim, Kota Batam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun