Mohon tunggu...
Ayu Setia Ningsih
Ayu Setia Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Batam-Indonesia

Teacher- Mother-Entrepreneur-Writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waspadai Tiga Hal Ini bagi Orangtua Zaman Now

9 Oktober 2021   09:29 Diperbarui: 11 Oktober 2021   10:00 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjalankan peran sebagai orang tua merupakan peran yang sangat mulia. Tidak semua pasangan suami istri mendapatkan kesempatan untuk mengemban amanah tersebut. Peran yang sangat penting ini sudah selayaknya diiringi oleh pendidikan berupa ilmu pengasuhan yang baik pula untuk menciptakan generasi berakhlak mulia dan berkarakter hebat. Ilmu ini nantinya akan mengawal para orang tua untuk berperilaku baik dan mendidik dengan cara yang benar pula.

Tidak sedikit orang tua yang masih mengikuti pola asuh orang tua terdahulu dengan cara yang konvensional, mendidik anak dianggap hal yang sederhana dan orang tua tetap menjadi pusat "pemerintahan" di rumah. Nyatanya, ilmu pengasuhan semakin berkembang dan telah banyak dilakukan penelitian tentang pola asuh serta perkembangan anak. 

Hal yang perlu disoroti bagi orang tua  zaman now adalah perkembangan mental health si anak. Banyak ditemukan sekarang ini, anak-anak yang mengalami tekanan mental yang berujung pada menurunnya kecerdasan emosional dan kognitifnya di sekolah.

Apa saja yang perlu diwaspadai orang tua zaman now untuk membentengi perkembangan mental health anak? Berikut ulasannya:

1. Membanding-bandingkan anak dengan orang lain

Sangat sering ditemukan anak yang merasa kesal dengan orang tua mereka akibat kerap dibanding-bandingkan dengan orang lain, seperti adik sendiri, sepupu, maupun tetangga. Maksud awal dari pada orang tua adalah mencari objek pemacu bagi anaknya, nyatanya hal ini malah membuat anak-anak merasa bahwa orang tua tidak menyayangi mereka. 

Alih-alih terpacu, mereka malah kesal bahkan timbul sikap pemberontak di rumahnya sendiri. Tidak jarang, hal ini akan membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang keras atau bahkan kurang percaya diri karena tidak ada pendukungnya di rumah.

2. Mencemooh hasil kerja anak

Memuji tidak membutuhkan biaya mahal, maka dari itu berikan pujian untuk mendukung setiap usaha yang telah ia kerjakan sekecil apapun. Mereka tak membutuhkan pujian yang berlebihan, mereka hanya ingin orang tua memandang jerih payahnya yang telah berusaha menghasilkan atau membuat sesuatu. 

Mencemooh dan selalu memandang remeh terhadap hasil kerja mereka akan membuat mereka down bahkan berhenti mencoba mengkreasikan imajinasi mereka. Bukankah sebagai orang tua, kita telah menjadi pembunuh imajinasinya?

3. Selalu menyalahkan

Terkadang sebagai orang tua, kita merasa bahwa kitalah pemegang kuasa dan sudah paling adil dalam memutuskan suatu perkara. Namun, pahamkah kita bahwa anak-anak tidak senang apabila selalu menjadi orang yang disalah-salahkan, mereka ingin mendapatkan keadilan juga ketika terjadi suatu perkara. 

Dalam hal ini, kejadian yang paling sering terjadi adalah ketika seorang kakak bermain dengan adiknya, ketika adik menangis, sasaran pertama adalah sang kakak. Padahal kita belum mengetahui duduk permasalahan yang terjadi antara kakak dan adik. Namun, kalimat refleks yang paling sering diucapkan oleh beberapa orang tua adalah "Kak, ngalah dong sama adeknya. Jangan jahat gitu sama adeknya." Tanpa kita sadari sebagai orang tua, kita telah menyalahkan dan melabel si kakak dengan kata "jahat". 

Anak yang sudah remaja adalah partner bagi orang tua maka sudah selayaknyalah kita menumbuhkan sikap terbuka untuk saling berdiskusi sebagai teman. Terbitkan peraturan yang disepakati bersama untuk menciptakan lingkungan yang positif. Berikan ketentuan konsekuensi bila anak melanggar peraturan yang sudah disepakati. 

Sebagaimana orang tua tidak suka jika diperlakukan buruk, maka jangan perlakukan anak kita dengan cara yang buruk pula. Mereka adalah pewaris teladan kita, sudah barang tentu kita harus memberikan teladan yang baik agar menjadi teladan bagi mereka. 

Kelak mereka akan mendidik anak-anak mereka dengan teladanmu yang baik saat ini. Bukankah ini menjadi amal yang tidak akan putus kebaikannya? Maka dari itu, mari tumbuhkan perubahan kecil yang konsisten mulai hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun