Mohon tunggu...
Philip Ayus
Philip Ayus Mohon Tunggu... -

menjaga kewarasan lewat tulisan | twitter: @tweetspiring.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hubungan Retak Gara-gara Nyanyian Wanita

17 Oktober 2012   07:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:45 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Pada waktu Daud bin Isai masih menjadi kepala panglima raja Saul, ada sebuah peristiwa yang memicu retaknya hubungan mereka, dan itu disebabkan oleh para wanita di kerajaan Israel! Seperti apakah peristiwa peretak hubungan Saul dan Daud itu? Saya kutipkan catatan sejarah yang terekam di kitab 1 Samuel 18:5-9 di bawah ini:


Daud maju berperang dan selalu berhasil ke mana juga Saul menyuruhnya, sehingga Saul mengangkat dia mengepalai para prajurit. Hal ini dipandang baik oleh seluruh rakyat dan juga oleh pegawai-pegawai Saul. Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya:

"Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa."

Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya." Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud.

Para perempuan menyambut Daud yang pulang dari perang yang dimenangkannya dengan syair yang pendek namun “provokatif”. Mereka membandingkan prestasi Saul dengan capaian yang diperoleh Daud, dan mereka tanpa tedeng aling-aling mengatakan bahwa Daud sepuluh kali lebih hebat dibandingkan sang raja sendiri. Selaksa artinya sepuluh ribu, sementara Saul hanya dibilang mengalahkan beribu-ribu musuh. Apa yang terjadi? Mengapa para wanita itu berani-beraninya membandingkan raja mereka dengan Daud, si panglima muda? Apakah mereka memang bermaksud mengadu domba?

Prestasi Daud memang fenomenal. Siapakah yang tidak tahu-menahu soal kisah legendarisnya ketika mengalahkan prajurit Filistin seukuran raksasa bernama Goliat, hanya dengan sebuah batu umban? Di manakah Saul pada waktu itu? Alkitab menyatakan bahwa  sang raja dari bangsa pilihan Allah sendiri itu juga ketakutan mendengar tantangan Goliat (lih. 1 Sam. 17:11). Pertama kali hendak diurapi sebagai raja, Saul bersembunyi malu-malu. Pada waktu sudah menjadi raja dan memimpin bangsanya menghadapi situasi perang, ia menjadi pengecut.

Nah, ketika sepertinya tak ada lagi yang mempedulikan nasib bangsa itu, termasuk sang raja sendiri, Daud datang dan menyelamatkan mereka. Ketika semua orang dirundung ketakutan termasuk Saul, seorang anak gembala (bukan anak singkong, hehehe) dari Betlehem datang dan menggugah kembali keberanian mereka.

Mungkin, bagi bangsa Israel terkhusus para wanitanya, citra Saul sudah jatuh di Lembah Tarbantin, tempat Goliat menantang bangsa mereka. Meski sudah menata pasukan perang, ternyata Saul tidak sungguh-sungguh ingin berperang. Bukankah jika mau, ia tak perlu mempedulikan tantangan Goliat dan langsung saja memerintahkan semua prajuritnya untuk maju menyerang Goliat beserta pasukan Filistin di belakangnya? Saul seolah-olah pemberani, namun sesungguhnya ia tak punya nyali.

Kembali ke “insiden kecil” yang memicu keretakan hubungan Saul dengan Daud di atas, bisa dimaklumi bahwa para wanita Israel lebih menyukai Daud yang bertindak nyata dan memenangkan banyak pertandingan daripada Saul yang meskipun adalah raja yang mereka minta dan dianugerahkan oleh Tuhan, memilih untuk bersembunyi di balik sayembara yang dibuatnya (yang bisa mengalahkan Goliat akan dijadikan menantu dan mendapat pembebasan pajak, lih. 1 Sam. 17:25). Tentu saja, hal itu sebenarnya kurang etis dilakukan. Para wanita itu sebaiknya tidak usah menyebut-nyebut nama raja mereka atau membuat perbandingan yang mencolok seperti itu (walau mungkin fakta berbicara demikian).

Sebagai seorang raja, sangat wajar bahwa Saul menjadi begitu marah dengan syair lagu yang mereka nyanyikan, meski kemarahan itu ia pendam di dalam hati saja. Itu adalah moment of disgrace bagi Saul, sebuah momen yang mencoreng mukanya sebagai raja. Kitapun bisa melihat, bahwa Saul yang tadinya malu-malu dan bahkan bersembunyi ketika hendak diurapi sebagai raja Israel (lih. 1 Sam. 10:22), telah berubah menjadi penguasa yang “posesif” dengan tahtanya. Dengkipun mulai bercokol di dalam hatinya. Di kisah-kisah selanjutnya, Alkitab mencatat, bahwa Saul seringkali berupaya membunuh Daud, namun selalu gagal. Sampai akhir hayat Saul, kedua orang itu tak pernah lagi bertemu di dalam damai. Hubungan mereka retak, gara-gara nyanyian para wanita.

NB: Terinspirasi dari berita ini: Temani SBY di TEI, Jokowi Disambut Meriah :D

Tambahan:

Wow! Jokowi Disambut Aplaus Ungguli Presiden SBY dan Para Menteri



Ikuti @Tweetspiring

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun