Mohon tunggu...
Philip Ayus
Philip Ayus Mohon Tunggu... -

menjaga kewarasan lewat tulisan | twitter: @tweetspiring.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

"Ter" yang Bikin Masalah

30 November 2010   09:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:10 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_77847" align="alignright" width="300" caption="terfavorit / kompasiana.com"][/caption] Kompasiana memang unik. Ia mampu "menyihir" para penghuni (konon) rumah sehat yang berjuluk Kompasianer untuk (lebih rajin) menulis. Bahkan, pak Juki yang ketua taman margasatwa itu pun tergerak untuk menyewa sepetak kamar di sini. Nama besar Kompas sebagai media besar di negeri ini tak dapat dipungkiri punya andil yang signifikan terhadap popularitas Kompasiana. Saya sendiri mengawali sewa petak di sini karena mengunjungi situs Kompas. Sudah lama melihat tautan Kompasiana, namun barulah tanggal 22 Mei saya "ngeh" apa maksudnya Kompasiana dan mulai "buka lapak" di sini. Sebagai sebuah jejaring sosial, Kompasiana pun punya istilah-istilahnya sendiri yang khas, seperti Kaskus dengan "pertamax", "agan", dan "cendol"nya. Lihat saja di halaman mukanya, ada istilah "dashboard", "headlines" (ini istilah umum sebenarnya), "highlights", atau "penulis tamu" (yang sering membuat iri para "kompasianer"--istilah baru juga, untuk menyebut penghuni Kompasiana). Nah, jelang perayaan ulang tahun ke-2 Kompasiana beberapa waktu lalu, ada istilah yang saya lihat sering membawa masalah, yakni istilah "teraktif" dan "terpopuler". Yang tidak setuju dengan istilah teraktif berpendapat bahwa itu tidak penting, karena siapapun asal sering beraktivitas di Kompasiana pasti masuk jajaran ini, padahal belum tentu membuat banyak tulisan. Istilah terpopuler juga dipermasalahkan, karena dirasa terlalu subjektif. Mungkin, perkiraan saya, dasar penilaiannya berdasarkan statistik seberapa banyak nama seorang kompasianer disebut-sebut dalam postingan kompasianer lain. Ah, entahlah. "Ter" dalam kaidah bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna. Makna pertama adalah penunjuk superlatif, alias pengganti kata "paling". Misal, kata teraktif berarti paling aktif dan terpopuler berarti paling populer. Namun, "ter" juga memiliki makna lain, yakni "tidak sengaja" seperti dalam kata terjatuh. Jika diterapkan dalam kata teraktif, bisa dimaknai sebagai tidak sengaja aktif. Demikian pula jika diterapkan dalam kata terpopuler, dapat diartikan sebagai tidak sengaja populer. Tulisan saya yang berjudul Mujizat Ikan Teri sampai sejauh ini menjadi tulisan teratas dalam kategori tulisan terfavorit minggu ini. Kalau dilihat dari jumlah dibacanya yang mencapai 50 ribu lebih, sudah pasti kata terfavorit bermakna paling favorit alias paling disukai; namun jika dilihat dari upaya-upaya saya untuk mempopulerkannya yang nyaris nol (hanya berbagi tautan di halaman facebook), maka tulisan itu bermakna tidak sengaja menjadi favorit. Sebagai kompasianer tertampan (tidak sengaja tampan, karena "terima jadi" dari Sang Pencipta, hehehe...), saya akan tetap menulis, agar ide-ide saya terbaca oleh sebanyak mungkin orang. Biarlah yang aktif tetap aktif, yang populer tetap populer, dan yang tampan tetap tampan, hehehe... :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun