[caption id="attachment_76858" align="alignright" width="300" caption="ikan teri/dapoerone.blogspot.com"][/caption]
Hari Minggu (21/11) yang lalu, aku beribadah di gereja tempat adikku melayani, di daerah Bantul, Yogyakarta. Gereja yang jemaatnya kebanyakan adalah penduduk sekitar itu menyelenggarakan ibadah kebaktian Minggunya pukul tujuh pagi.
Dengan penuh kesederhanaan ibadah berjalan khidmat. Gereja itu tidak memiliki alat musik yang hingar-bingar selain sebuah gitar akustik, itupun sudah kurang merdu lagi suaranya karena dimakan usia. Meski demikian, semangat jemaat untuk memuji Tuhan tak berkurang.
Semua liturgi hampir selesai dijalani, ketika seorang ibu yang bertugas membacakan pengumuman melanjutkan pengumumannya dengan sebuah kesaksian. Demikianlah kira-kira kesaksiannya, yang beliau sampaikan kebanyakan dalam bahasa Jawa:
"Bapak-Ibu sekalian, saya ingin menyampaikan apa yang menjadi pengalaman saya selama melayani di barak pengungsi Merapi di Magelang. Waktu itu, saya dan ibu X (aku lupa namanya-pen.) diberi tanggung jawab untuk memasak bagi para pengungsi yang jumlahnya sekitar 1500 orang."
"Nah, suatu kali, kami mendapati bahwa bahan makanan tinggal sedikit, padahal kami harus menyiapkan 400 bungkus lagi. Hari itu menunya adalah sambal teri, dan ikan teri yang tersisa tinggal satu besek* dan berdasar pengalaman, tidak mungkin ikan teri sesedikit itu dapat dipakai untuk membuat 400 bungkus nasi."
"Saya jadi takut. Takut dimarahi oleh pak Paulus (nama pendeta yang membawahi beliau di situ-pen.) karena tidak bisa membuat 400 bungkus lagi. Tapi begitu pak Paulus tahu, ternyata beliau tidak marah. Beliau bahkan mengajak kami berdoa, katanya, 'Jika Yesus dapat memberi makan 5000 orang dari lima roti dan dua ikan, kita juga pasti bisa memberi 400 pengungsi itu makan dari ini, jika Tuhan menghendaki.' Maka kamipun berdoa."
"Apa yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan saya, Bapak-Ibu, karena apa yang dikatakan dan didoakan oleh pak Paulus benar-benar terjadi. Hanya dengan ikan teri yang satu besek itu, kami bisa membuatkan 400 bungkus nasi, bahkan masih ada sisanya untuk kami bawa pulang masing-masing! Ini benar-benar mujizat yang saya alami dan saksikan dengan mata kepala saya sendiri. Puji Tuhan!"
Pagi itu, aku benar-benar terpaku. Tuhan terus berkarya, dan Ia tidak tinggal diam ketika melihat umat-Nya menderita, sementara sebagian lainnya justru sibuk menyelewengkan bantuan-bantuan yang seharusnya diberikan kepada mereka. Melalui iman dan kasih yang murni dari relawan-relawan kepada para pengungsi, Tuhan memberikan "kejutan-kejutan kecil," dan salah satunya adalah mujizat ikan teri!
[caption id="attachment_76865" align="alignleft" width="300" caption="besek/vtrediting.wordpress.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H