Mohon tunggu...
Laily Wahyu Ramdhani
Laily Wahyu Ramdhani Mohon Tunggu... -

Dream the Impossible~ I am girl who like drawing doddle art & writing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seberapa Penting Cita-cita untuk Masa Depanmu?

1 April 2018   23:25 Diperbarui: 1 April 2018   23:43 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurutmu cita-cita itu apa? Seberapa pentingkah cita-cita bagimu?

Cita-cita adalah bagian atau salah satu unsur dari pandangan hidup manusia, yaitu sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Atau juga bisa diartikan cinta itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati.

Dengan pengertian diatas, penulis kira cita-cita merupakan hal penting. Dengan cita-cita, kita bisa memfokuskan segala usaha kita untuk menggapainya. Ibarat kita memiliki panah sebagai usaha, dan  kita memfokuskan nya dengan membuat panah tersebut menancap pada bulatan hitam media sasaran yang menjadi cita-cita.

Memilih cita-cita itu sebenarnya gampang-gampang susah. Tentu saja kita akan memilih cita-cita sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Tapi ternyata banyak siswa yang memilih cita-cita yang tidak sesuai dengan kemampuannya sendiri. Dan pemilihan cita-cita yang salah merupakan sebuah kesalahan yang fatal. Hal ini bisa kita lihat dalam pemilihan jurusan ketika memasuki perguruan tinggi. Beberapa kesalahan tersebut diantaranya:

1. Memilih cita-cita karena pengaruh teman, ini sering sekali kita jumpai. Contohnya, dalam sebuah pertemanan ada satu orang  siswa memilih menjadi dokter, teman-temannya yang lain seakan ikut terpengaruh dan memproklamirkan dirinya bercita-cita menjadi dokter juga. Padahal menjadi dokter bukanlah sesuai dengan skill-nya, melainkan pengaruh teman yang membuatnya ikut-ikutan.

2. Memilih cita-cita karena hobi sesaat. Biasanya anak usia labil memiliki hobi sesuai dengan teman-temannya. Dari hobi itu terbersit cita-cita yang sesuai hobi itu. Padahal itu sebenarnya tidak sesuai dengan kemampuan dan ia memiliki hal lain yang lebih menonjol dari itu. Contohnya, karena sering bermain sepakbola seorang siswa bercita-cita menjadi pemain sepakbola. Padahal olah tubuhnya tergolong sangat kurang. Sehingga tidak mungkin memenuhi syarat untuk menjadi pemain sepakbola.

3. Memilih cita-cita karena keinginan orang tua. Banyak sekali siswa yang tidak tau apa skill yang ia miliki, sehingga berpendapat bahwa pendapat orang tua adalah yang terbaik. Memang bagus jika pendapat orang tua yang mengetahui apa kemampuan anaknya. 

Tapi masalahnya, banyak orang tua tidak mengetahui kelebihan anaknya sendiri, sehingga orangtua merekomendasikan untuk memilih cita-cita yang menurutnya keren saja, tidak peduli apakah anaknya mampu dalam bidang tersebut. Contohnya, orang tua merekomendasikan anaknya menjadi dokter karena menurutnya dokter punya gaji banyak. Sedangkan anaknya bahkan takut hanya untuk melihat darah. Bukankah itu suatu hal yang sangat disayangkan?

Melihat hal itu, tentu kita harus memiliki solusi yang dapat menyelesaikan persoalan ini. Solusinya adalah mengetahui skill atau kemampuan dari seluruh peserta didik. Cara yang paling efektif adalah memberikan suatu tes atau wawancara. Ini bisa dilakukan pihak sekolah atau dalam sekolah yang paling bertanggung jawab dalam hal ini adalah guru BK. 

Dengan tes itu kita bisa mengetahui sejauh mana bakat dan kemampuan dan juga jurusan yang sesuai dengan bidang yang setiap peserta didik miliki. Setelah melakukan tes, perlu diadakan wawancara dan diskusi antara guru BK dengan wali murid. Karena pendidikan bukanlah hanya sekolah yang bertanggung jawab, tetapi juga orang tua siswa yang membiayai untuk kedepannya. 

Penulis rasa hal tersebut perlu diterapkan dalam sekolah untuk dapat mencetak peserta didik yang sukses kedepannya, juga agar kita tidak mendengar bahwa ada siswa yang merasa salah jurusan yang membuatnya mengakhiri bangku kuliah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun