Mohon tunggu...
Ayu Rafika Rizki
Ayu Rafika Rizki Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia Pembelajar

Seorang Mahasiswi yang senang belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penanganan Sifat Pemalu pada Anak Usia Dini

18 Agustus 2020   12:26 Diperbarui: 18 Agustus 2020   12:40 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia enam tahun.  Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak, usia ini merupakan usai dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. 

Usia ini biasanya di kenal dengan usia emas (Golden Age). Menurut Undang- Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia  menyatakan bahwa anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun.

Sedangkan , menurut pakar pendidikan anak, menyatakan bahwa anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat universal, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap, dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat dan pertumbuhan anak.

Pemalu adalah sikap individu yang tidak mempunyai keterampilan sosial untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pada usia ini, seharusnya anak sudah mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dengan menunjukkan sikap  tersenyuman atau menyapa orang-orang yang ada disekitarnya. Sehingga, perlakuan tersebut memudahkan mereka untuk menjalin hubungan dengan orang lain dalam menyesuaikan diri dan lingkungan sekitarnya. 

Dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar, tidka semua anak dapat melakukannya dnegan cepat, tetapi masih ada juga anak yang memerlukan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Menurut Suyanto, anak yang pemalu biasanya memiliki rasa percaya diri dan penghargaan diri yang rendah, anak tidak berani tampil ekspresif seperti teman-temanya dan cenderung menarik diri dari teman-temannya. 

Jika perasaan ini terus berlangsung, anak akan menjadi anak yang cenderung introvert (suka memendam perasaan dan pikirannya sendiri), anak akan menjadi anak yang sulit bergaul dengan orang lain.

Ada beberapa Faktor Pendukung yang menjadi penyebab anak menjadi pemalu, yaitu:

1. Anak merasa tidak aman, tidak mempunyai keberanian untuk mengekspresikan dirinya sendiri. Hal ini terjadi, karena anak mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya : ketika anak menunjukkan hasil karyanya kepada orangtua, namun orang tua tidak menghargai hasil karya anak, tetapi malah memberikan komentar negative yang menghambat rasa percaya diri pada anak,  dan juga menghambat kreatvitas atau, atau justruorang tua  memberikan kata-kata cemoohan kepada anak, misalnya dengan mengkatakan gambar yang digambar oleh anak jelek.

2. Sikap orang tua yang terlalu melindungi anak. Hal ini, dapat membuat anak cenderung berkembang menjadi pasif dan ketergantungan kepada orang tua, akibatnya anak kurang memilki pengalaman untuk menjelajahi lingkungan sekitar. Misalnya : Ketika anak membuat hasil karya, dan membutuhkan gunting, orang tua yang melihat anak mau melakukan aktivitas menggunting, justru melarang anak melakukan aktivitas itu sendiri.

3. Sikap orang tua yang kurang memberikan perhatian kepada anak. Dengan perlakuan orang tua yang kurang memberikan perhatian kepada anak, akan membuat anak merasa tidak cukup berharga untuk bisa membuat orang tua tertarik pada dirinya, anak sering dikritik ketika anak melakukan suatu kegiatan. Ketika, orang tua memberikan kritikan kepada anak secara  berlebihan, akan membuat anak menjadi takut salah, merasa ragu dan berkembang menjadi anak yang pemalu.

4  Anak terlalu banyak menerima hukuman dari orang tua atau pendidik. Dampaknya, respon anak akan selalu diliputi oleh perasaan takut dan selalu ragu, hal ini dapat menjadikan anak menarik diri dari lingkungandan selalu merasa curiga apabila berhadapan dengan orang lain.

Gejala yang tampak pada anak pemalu, yaitu :

1. Anak cenderung menghindari hubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.

2. Anak yang pemalu tidak berani mengambil risiko lebih, merasa takut, dan selalu merasa ragu-ragu, serta kurang rasa percaya dirinya.
Anak cenderung banyak diam. Jika berbicara, suaranya terdengar pelan.

3. Bersikap segan, ragu-ragu dan tidak mudah melibatkan dirinya dengan lingkungan sekitarnya dan orang lain.

4. Tidak menyukai permainan yang bersifat Koperatif.

5. Anak yang pemalu, cenderung menjadi anak yang tidak percaya diri, selalu merasa ragu  dan juga menjadi anak yang kurang berani dalam memutuskan pendapat ataupun melakukan kegiatan yang diinginkannya. 

Adapun cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dan juga guru dalam menghadapi sifat anak yang pemalu, adalah

1. Membangkitkan perasaan anak  bahwa ia mampu melakukannya. 

Hal ini, dapat dilakukan dengan cara memuji apa saja yang dilakukan oleh anak, dan menerima dengan baik serta menghargai apa yang dikerjakan anak. Berikan komentar yang positif kepada anak, untuk membuatnya merasa percaya diri dan juga merasa dihargai oleh orang tua ataupun guru. 

Misalnya : Ketika anak menunjukkan hasil karnyanya kepada orang tua, alangkah baiknya bila orang tua memberikan komentar yang positif terhadap gambar anak, walauoun gambar tersebut hanya sebuah coretan berbentuk garis atau titik yang dibuat oleh anak, karena anak masih malu dalam menuangkan imajinasinya. Orang tua atau guru dapat memberikan komentar yang membangun, seperti : Alhamdulillah, gambarnya sudah bagus anak Sholehah, Hayooo.. semangat menggambarnya lagi...

2. Jangan pernah memaksa kehendak orang tua atau guru kepada anak. 

Tindakan memaksa akan membuat anak, menjadi merasa tertekan, apalagi anak tersebut tidak mau melakukannya, dikarenakan rasa malu, jangan paksakan anak untuk tampil, tetapi berikan anak motivasi positif atau menanyakan terlebih dahulu kepada anak, apakah ia mau atau tidak untuk melakukannya.

3. Berikan anak latihan kerja kelompok kecil, dan libatkan anak di dalamnya.

Untuk anak pemalu, buatlah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang, dengan ini akan memungkinkan terjadinya interaksi atau kerjasama diantara anak dengan temannya. Berikan peran kepada anak dalam kelompok, meskipun anak hanya menjadi pendengar.

4. Setiap hari berikan suasana yang akrab dengan anak yang pemalu, dengan melakukan kontak mata dan tersenyum kepadanyanya.

5. Ketika ingin membantu anak yang pemalu, guru atau orang tua dapat melakukan dengan cara mendekati anak, bila anak tidak mau berbicara. Butalah suasana belajar yang menyenangkan kepada anak di kelas, dengan sebuah lagu atau permainan yang menggunakan nama setiap annak yang ada di kelas. Agar,anak tidak merasa sendirian dan dapat menambah rasa percaya diri pada anak.

Sikap pemalu pada anak dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak, anak yang pemalu sering mengalami hambatan dalam bergaul dengan orang lain, hal ini dikarenakan anak lebih suka menarik dirinya, bila hal ini terus berlanjut maka akan mengganggu atau menghambat perkembangan sosial emosional anak. 

Untuk itu orang tua dan guru harus sabar dalam menghadapi anak yang pemalu, dan selalu memberikan motivasi yang positif bagi anak, jangan memaksakan anak untuk tampil lebih, karena anak yang pemalu membutuhkan waktu untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Sekian info dari saya. Semoga Bermanfaat.

Penulis : Ayu Rafika Rizki (0308171043)
Mahasiswi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Sumber Rujukan :
Khadijah, dan Armanila. 2017. Permasalahan Anak Usia Dini. Medan : Perdana Publishing.
Mursyid. 2015. Belajar dan Pembelajaran PAUD. Bandung : PT. Rosdakarya.
Undang- undang No. 20  Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun