Permendikbud No. 13/2015 hanya akan menjadi macan ompong tatkala para guru tak menjalankan aturan tersebut secara konsisten sebagai pengajar. Pun ratusan perpustakaan yang tersebar di negeri ini hanya menjadi penanda tanpa makna apabila tak dimanfaatkan secara optimal.
Deklarasi Praha
Sebagai negara yang mengamini Deklarasi Praha yang dicetuskan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) 2003 lalu (sumber Kemdikbud.go.id), segala regulasi maupun kebijakan pemerintah saat ini sebenarnya telah mendorong terciptanya literasi informasi. Literasi informasi adalah kemampuan mencari, memahami, mengevaluasi secara kritis dan mengelola informasi menjadi pengetahuan untuk pengembangan kehidupan pribadi dan sosial. Literasi informasi sangat efektif mencegah potensi perpecahan bangsa yang dihasilkan dari banyaknya informasi sampah di media sosial.
Jadi, apa yang kita tunggu untuk mewujudkan ini semua? Pengorbanan jelas dibutuhkan dan itu bukan hanya dari kalangan guru melainkan juga pengelola perpustakaan daerah, para pejabat Dinas Pendidikan, hingga semua elemen masyarakat. Mari duduk bersama dalam satu meja sambil berbicara tentang agenda mengisi bulan bahasa, kegiatan-kegiatan sastra di sekolah maupun perkampungan, lomba-lomba puisi sampai resensi buku, serta masih banyak lagi yang lain demi membentuk iklim peradaban wacana. Saya menjadi bisa membayangkan penggambaran kereta bawah tanah yang ditulis Mudji dalam bukunya apabila hal itu terwujud. Begini dia mendeskripsikannya:
“Celah-celah tempat duduk di kereta bawah tanah (metro) Paris pada jam-jam padat berangkat/pulang kerja tidaklah luas. Namun, di celah-celah waktu pendek maupun waktu luang itu menonjolkan kebiasaan Parisiens (masyarakat Paris)...Ada saja yang dibawa dalam tas mereka untuk dibaca. Di depan saya, misalnya, seorang ibu rumah tangga sedang asyik membaca buku Agatha Christie. Di sampingnya lagi terdapat eksekutif yang membaca novel modern berjudul Jeritan Tengah Malam...seorang anak SD asyik membaca cerita pendek sambil sesekali bertanya kepada ibunya...” (hal 9).
Sayangnya khayalan saya tiba-tiba menghilang di akhir kalimat lantaran sekelebat pengalaman saya saat naik kereta Prameks jurusan Solo-Jogja mengisi ruang pikiran saya yang kosong. Penggambaran kereta di Prancis berganti cepat dengan gerbong kereta Prameks pada akhir pekan yang dijejali ratusan mahasiswa yang asyik bercanda sembari memainkan gadget di tangan mereka. Ada pula para pekerja yang tertidur kelelahan serta sekelompok laki-laki yang asyik bergosip sambil tertawa keras-keras saat meneceritakan kehebatan masing-masing. Lagi-lagi tak ada buku yang menghiasi gerbong kereta yang saya naiki sore itu. Perancis masih jadi khayalan yang sangat jauh.
Persebaran Perpustakaan Umum di Indonesia 2013
No Provinsi Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa
1. Aceh 1 23 - -
2. Sumatera Utara 1 34 - 1
3. Sumatera Barat 1 18 - 3