Pada hari jumat tanggal 29 september lalu, saya berkesempatan mengunjungi salah satu tempat bersejarah di jakarta, tepatnya di kampung Arab Pekojan Kecamatan Tambora Jakarta Barat. Kawasan ini memiliki bangunan bangunan yang bersejarah, salah satu bangunan tersebut yaitu Masjid An Nawier yang merupakan icon kampung Arab Pekojan. Masjid An Nawier ini di dirikan pada tahun 1760 dan  merupakan salah satu masjid tua yang berada di Jakarta, masjid ini sangat berpengaruh pula terhadap penyebaran agama islam zaman dahulu. Meskipun masjid ini telah mengalami renovasi, tapi keaslian bagian bagian dari masjid ini tidak ada yang dihilangkan.
Menurut salah satu warga yang akan melaksanakan shalat ashar di masjid ini, masjid An Nawier bisa menampung jamaah hingga 1000 orang lebih dan masjid ini akan lebih ramai ketika bulan ramadhan karena di bulan ramadhan banyak aktivitas yang dilakukan di masjid ini. masjid ini memiliki tiga pintu masuk, Pertama adalah pintu selatan yang berhadapan langsung dengan Jalan Pekojan Raya dan Jembatan Kambing. Kedua adalah pintu timur, dan terakhir adalah pintu utara.
Pintu masuk masjid An Nawier ( foto : Risa Delia )
Kebanyakan warga yang datang untuk melakukan shalat berjamaah masuk  melalui pintu timur, karena pintu tersebut merupakan pintu utama serta jaraknya lebih dekat dengan pemukiman warga. Masjid ini dulunya dibangun oleh Sayid Abdullah bin Huseim Alaydrius yang berasal dari Hadramaut. Dahulunya memang banyak warga keturunan Hadramaut (Yaman) yang tinggal di kawasan pekojan sewaktu masa pemerintahan kolonial Belanda.
Disekitar masjid ini pun terdapat makam makam tua yang  merupakan makam para ulama besar yang berpengaruh pada saat penyebaran agama islam di Jakarta.
makam yang berada di sekitar masjid an nawier (Dokumentasi Pribadi)
Dengan adanya makam tersebut masjid ini sering kali didatangi banyak para peziarah dari luar Jakarta. Dilihat dari batu nisan pada makam itu, jelas terlihat bahwa makam tersebut adalah mkam para ulamayang berpengaruh pada zaman dahulu. Akan tetapi sangat disayangkan tulisan dan ukiran ukiran di makam tersebut mulai pudar sehingga sudah tidak terlihat dengan jelas karena pelapukan.
Masjid ini memiliki keunikan yang menjadi cirri khas atau pembeda dari masjid lainnya diantaranya berupa mimbar tua yang unik yang merupakan hadiah dari Sultan Pontianak.
Mimbar tua pemberian sultan Pontianak ( foto : Risa Delia )
Kedua yaitu jumlah tiang yang berjumlah 33 tiang yang menurut warga adalah symbol dari jumlah wirid setelah melakukan shalat 5 waktu.
Tiang masjid An Nawier ( foto : Cut Dara Zakiyya )
Keunikan lainnya dari Masjid An Nawier yaitu adanya sebuah menara yang menjulang setinggi 17 meter menyerupai mercusuar. dulunya Menara ini digunakan untuk mengumandangkan adzan, ketika belum adanya pengeras suara seperti sekarang ini.
menara masjid an nawier ( foto : Cut Dara Zakiyya )
Meskipun sekarang keturunan Arab dan Yaman berkurang, masjid An Nawier ini menjadi symbol dan bukti peradaban keturunan Arab dan yaman  di pekojan Jakarta. Dan bangunan ini menjadi saksi pula atas penyebaran agama islam di Jakarta pada masa lampau sehingga bangunan bersejarah ini harus dijaga dan dilestarikan keasliannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya