Mohon tunggu...
Ayuni Putri Anggraeni
Ayuni Putri Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik STIA LAN Jakarta

Halo sobat kompasiana!!! saya adalah Mahasiswi Politeknik STIA LAN Jakarta yang sedang menempuh semester 5. Jurusan saya yaitu Administrasi Publik lalu Program Studi saya yaitu Administrasi Pembangunan Negara. Di Kampus ada konsentrasi untuk di Program Studi Administrasi Pembangunan, konsentrasi saya yaitu kebijakan publik. Saya suka sekali dengan isu-isu kebijakan karena setiap kuliah mempelajari hal tersebut dengan isu-isu terkini.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Generasi Muda Jadi Tombak dalam Mewujudkan Implementasi Digitalisasi Pertanian

16 Oktober 2022   00:48 Diperbarui: 16 Oktober 2022   00:50 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Monitorday.com

Minimnya partisipasi generasi muda dalam pertanian Indonesia. Hal ini terbukti dari jumlah petani di Indonesia rata-rata berumur 60 tahun.  Generasi muda dengan usia 20-39 hanya 8% atau sama dengan 2,7 juta orang lalu sekitar 30,4 juta orang  tua 91% rata-rata berusia diatas 40 tahun yang mayoritasnya mendekati usia 50-60 tahun. Data LPPM IPB menjelaskan bahwa sarjana pertanian yang terjun ke bidang pertanian sangat sedikit. Namun setelah mereka yakin baru mulai terjun ke bidang tersebut. Akan tetapi berdasarkan data statististik diatas cukup memprihatinkan dan perlu adanya gebrakan yang serius dari pemerintah. Kurangnya partisipasi generasi muda dalam hal ini bisa karena prospek kerjanya kurang jelas. Disisi lain sistem yang masih belum benar-benar menggunakan teknologi. Mungkin bayangan generasi muda hanya kotor-kotoran saja kerjaannya namun jika dikembangkan dengan teknologi sekarang pertanian ini akan semakin maju dan berkembang.  Maka dari itu pertanian Indonesia ini sistemnya tertinggal dengan negara lain. Padahal apabila generasi muda ikut terlibat didalamnya maka akan meningkatkan produksi dan pekerjaan yang dijalankan.

 Revolusi Industri 4.0 yang menggerakkan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dalam Kementrian Pertanian. Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah agar sektor pertanian ini terus berkembang sesuai dengan apa yang terjadi di seluruh dunia. Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengharuskan pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang mengembangkan teknologi. Maka dari itu ada 2 aplikasi diantaranya yaitu SIMOTANDI (Sistem Informasi Monitoring Pertanaman Padi)  merupakan perbaikan metode perhitungan area luas tanam dan panen selama ini menggunakan metode konvensional dan SAPA MEKTAN ini aplikasi pelayanan pengujian alat mesin pertanian, aplikasi ini berbasis android jadi lebih memudahkan layanan administrasi pengujian alat serta mesin pertanian. 2 aplikasi tersebut merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian dalam melakukan peralihan dari tradisional menjadi ke teknologi. Kebijakan ini bertujuan agar masyarakat lebih mudah dalam melakukan proses pertanian agar generasi muda mulai tertarik untuk terlibat dalam sektor pertanian di Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Pertanian bahwa dalam hal ini Kementrian Pertanian terus mengusahakan agar mengubah wajah sektor petanian serta mengandalkan para petani muda dengan memanfaatkan teknologi digital (abay, 2021).

Upaya yang dilakukan pemerintah nyatanya belum maksimal sehingga dalam hal ini jumlah petani di Indonesia rata-rata berumur 60 tahun merekalah yang lebih mendominasi pertanian Indonesia. Padahal pemerintah khususnya Kementrian Pertanian selalu  berusaha untuk mendorong generasi muda dalam kegiatan pertanian salah satunya menciptakan aplikasi yang ada sekarang ini. Keterlibatan generasi muda masih sangat minim sekali. Jika  melihat hal tersebut upaya yang dilakukan oleh pemerintah belum berhasil karena masih saja jumlah petani tua yang unggul daripada jumlah petani muda. Minimnya keterlibatan dari generasi  muda karena menganggap pertanian itu bukan prospek yang menjanjikan dan gengsi di masyarakat juga cukup tinggi. Tingkat Pendidikan para petani ini juga lebih didominasi oleh lulusan SD. Hal ini disebabkan karena orang tua zaman dulu khususnya di pedesaan jarang sekali yang sekolah sampai lulus SMA.

Banyak sekali sarjana yang beralih ketika lulus tidak fokus pada bidang pertanian, Maka lebih memilih seperti menjadi pegawai bank atau lainnya. Kerap kali mahasiswa beranggapan bahwa mereka tidak menyukai atau menguasai bidang tersebut, disisi lain beranggapan bahwa jika menjadi petani ini masa depannya tidak cermelang seperti pekerjaan lainnya. Disisi  lain juga beranggapan bahwa pekerjaan petani tidak mempunyai uang yang besar. Memang benar jika menjadi seorang petani ini tidak mendapatkan uang  yang besar. Namun se miskin-miskinnya orang Bertani Ketika harganya turun mereka tidak akan semiskin orang yang tinggal di kota. Contoh Ketika di masa pandemi mereka yang tinggal di desa dengan bertani lebih cenderung bisa survive walaupun terdampak pandemi. Dalam artian apa yang dipandang buruk oleh mahasiswa hal ini tidak semuanya buruk tinggal bagaimana melihat dari sudut pandang mana.

Sarjana pertanian ini rata-rata setelah lulus beralih profesi tidak menjadi seorang petani. Sebagian dari mereka ada yang bekerja di bank, lalu , memanfaatkan skillnya untuk membuka usaha sendiri, atau lain sebagainya. Lagi-lagi ini merupakan masalah yang belum dapat terselesaikan padahal Indonesia disebut dengan negara agraris yang dimana sebagaian besar masyarakat Indonesia merupakan seorang petani. Tidak mungkin jika orang yang sudah tua akan mengurusi pertanian terus karena hal ini pekerjaannya cukup berat. Maka orang yang sudah tua akan sangat kelelahan jika memaksakan untuk melakukan hal tersebut.

Partisipasi generasi muda dalam implementasi kebijakan digitalisasi pertanian ini sangat diperlukan namun pada kenyataannya minat dan ketertarikan dari generasi muda belum benar- benar serius ada. Apabila melihat data tersebut sangat disayangkan apabila Kementrian Pertanian yang hanya mengeluarkan kebijakan aplikasi terus menerus lalu adanya pemilihan duta pertanian namun dalam pelaksanaanya masih belum maksimal bahkan belum menarik generasi muda. Upaya-upaya pemerintah yang menarik rasa penasaran bagi generasi muda belum begitu menonjol seperti contohnya duta pertanian tersebut mungkin karena banyak sekali selain duta dari pertanian juga ada dari berbagai bidang jadi daya tariknya kurang. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini belum dapat meningkatkan angka peminatan generasi muda. Generasi muda pada saat ini rata-rata lebih cenderung melirik teknologi bukan lagi pada bidang pertanian. Padahal bisa saja di pertanian mereka menjadi pemasarnya atau hal lainnya. Namun lagi-lagi generasi muda hanya melihat sisi kotornya saja seperti kena lumpur ataupun panas-panas an jadi hitam. Maka dari itu diperlukan inovasi yang berbeda dari lainnya agar generasi muda tergerak hatinya untuk terlibat menjadi bagian dari pertanian Indonesia. Paling tidak adanya penerus pada bidang pertanian dengan berdampingan perkembangan terkonologi yang ada.

Pemerintah seharusnya lebih sigap lagi untuk meningkatkan daya minat remaja dengan cara kolaborasi bersama pemerintah daerah dengan membangun ekosistem diberbagai         bidang. Bisa juga melakukan kolaborasi dengan universitas-universitas terbaik di Indonesia untuk mencari jalan keluarnya. Contohnya membuat cangkul elektronik sehingga lebih memudahkan masyarakat agar tidak cape lagi lalu mengganti traktor dengan yang lebih canggih lagi tanpa harus manusia yang melakukan. Lalu dari sisi pemasaran bisa berkolaborasi dengan Kominfo untuk membuat platfrom khusus dalam melakukan penjualan secara online. Maka dari itu dengan mengalihkan dari tradisional ke modern akan ada ketertarikan tersendiri bagi generasi muda. Disisi lain apabila dari sistem terbawahnya yaitu  Kementrian Pertanian harus melakukan sosialisasi dengan pemerintah daerah. Lalu melibatkan kementrian lainnya agar segala kebijakan yang di canangkan dapat tercapai. Melibatkan Kementrian Sosial bisa dengan berkolaborasi saat pertemuan KPM (Kelompok Penerima Manfaat) dengan Pendamping PKH (Program Keluarga Harapan). Karena setiap beberapa bulan sekali ada pertemuan khusus tersebut bisa berkolaborasi dengan penyuluh pertanian kecamatan ikut terlibat didalamnya. Namun dengan tujuan mensosialisasikan terkait keunggulan pertanian aplikasi yang diciptakan oleh Kementrian dan kebijakan lainnya yang dapat menarik peminat generasi muda. Untuk lebih menarik lagi maka dilakukanlah kolaborasi dengan Dinas Pendidikan, Kebudayaan dan Olahraga. Hal ini bisa  melakukan seperti sosialisasi khusus mengenai pertanian di Indonesia dengan mengundang influencer ataupun aktor-aktor lainnya yang digemari oleh siswa maka dengan adanya sosialisasi dari tingkat daerah hal ini nantinya dapat memunculkan genarasi penerus pertanian yang menciptakan inovasi berkaitan digitalisasi pertanian. Sebenarnya remaja saat ini hanya butuh daya tarik dan kepastian yang jelas. Contohnya Ketika mereka Bertani apa  yang bisa didapatkan maka pemerintah harus memikirkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun