Mempersiapkan anak menghadapi zamannya, sudahkah orang tua mempersiapkan anak menghadapi era digital yang sarat akan manfaat dan tantangan ini?Menurut data terbaru dari Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) Republik Indonesia, setidaknya ada 30 juta anak-anak dan remaja di indonesia merupakan pengguna internet.Â
Studi yang didanai oleh UNICEF ini dilaksanakan Kementerian Kominfo dengan mengambil sampel anak dan remaja usia 10-19 (sebanyak 400 respoden) yang tersebar di seluruh negeri baik di pedesaan maupun perkotaan. Ditemukan bahwa 98 persen dari anak-anak remaja yang disurvei, tahu tentang internet dan bahwa 89,5 persen diantaranya adalah pengguna internet.Â
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi utama untuk mengakses internet ada tiga hal: untuk mencari informasi, untuk terhubung dengan teman, serta untuk hiburan.
Ketika pengguna media sosial dan media digital berkembang di kalangan muda, dukungan orang tua dan integrasi media digital perlu ditingkatkan. Saatnya orang tua dan pendidik mengejar ketertinggalan. Sebagai orang tua, tentu menginginkan anaknya menjadi generasi yang unggul.Â
Anak dapat dikatakan unggul di era digital apabila mereka memiliki tigal penting yakni, cerdas, berkarakter, dan mandiri. Ketiga komponen tersebut wajib dimiliki anak baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Sebelum membahas ketiga komponen tersebut dengan mendalam. Mampukah bapak atau ibu membangun anak menjadi warganet unggul?
Menjadi warganet unggul adalah mereka yang mampu berkomunikasi postif, memiliki kebiasaan positif, dan menanamkan nilai-nilai positif. Ketiga hal tersebut tidak akan tercapai bila orang tua atau pendidik juga tidak memiliki hal-hal yang dapat mendukung terciptanya lingkungan baik bagi anak. Menjadi pendidik unggul bagi generasi digital harus memiliki beberapa hal berikut
Orang tua mampu memberdayakan potensi anak
Tidak semua orang tua sadar akan potensi atau bakat yang dimiliki oleh anaknya. Bagi sebagian orang tua unggul, hal tersebut akan secara otomatis terdeteksi kemudia menjadi perhatian khusus bagi mereka untuk kemudian dikembangkan.Â
Baik dengan mengajarkannya dengan kedisiplinan, membantunya mencari solusi, merencanakan kegiatan pendukung bakat minat anak, memuji ketika anak mencapai kompetensi yang ingin dicapai, serta menegur ketika anak telah melampaui batas kewajaran.Â
Jika kemampuan memberdayakan sudah dimiliki oleh seorang bapak atau ibu, maka anda patut bersyukur, karena satu komponen penting untuk menjadi kandidat orang tua unggul telah anda miliki.
Memiliki keterampilan dalam berkomunikasi
Keterampilan komunikasi efektif sangat perlu dimiliki oleh seseorang agar mampu menjalin atau membangun hubungan baik dengan lain pihak. Keterampilan ini akan semakin bernilai lebih bila terjadi kedekatan dan keterbukaan diantara dua pihak. Dalam konteks ini adalah orang tua dan anak.Â
Bila komunikasi terbentuk dengan baik, tidak akan ada lagi masalah yang sulit untuk dipecahkan. Situasi orang tua atau anak yang merasa tidak memiliki kedekatan pun jarang yang mengadukan.Â
Kemampuan ini sangat diperlukan, utamanya era digital telah menguasai kita. Mau tidak mau, sebagai seorang orang tua, harusnya terus mengupayakan komunikasi baik terjalin agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Menjadi suri tauladan bagi anak
Anak adalah seorang peniru yang ulung, begitu pepatah mengatakan. Hingga diperkuat dengan teori perkembangan anak dari Piaget, bahwa fase usia dini ialah waktu perkembagan manusia yang sedang berada dalam tahap operasional konkrit. Operasional konkrit disini berpacu pada pemikiran yang cenderung memahami atau menerima sesuatu berdasarkan kenyataan yang ia terima atau lihat.Â
Menjadi orang tua yang dapat diteladani oleh anaknya ialah mereka yang memiliki integritas tinggi, memiliki literasi digital yang baik, mendampingi anak dalam kesulitan, konsisten saat di dunia maya dan nyata, serta memiliki kompetensi dalam bidang tertentu.
Setelah orang tua memiliki 3 hal yang telah dipaparkan di atas, semakin terbukalah pemikiran kita bahwa dunia digital tak bisa lagi kita hindari dengan ketakutan-ketakutan "Anakku nanti main gawai terus," dan masih banyak lagi ketakutan yang masih saja ditemui di sekitaran lingkugan kita.Â
Kesadaran dengan berusaha menerima kenyataan bahwa dunia digital adalah bagian hidup dari anak-anak kita pun harus dibarengi dengan kemampuan literasi digital dengan baik, sehingga tidak akan terjadi hambatan dalam setiap perjalanannya.Â
Bila orang tua dan pendidik telah mampu menyiapkan dirinya untuk mendapingi anak anak era digital, pastikan konsistensi dan komitmen dalam menjalankan apa yang telah dipaparkan di atas harus mampu secara terus menerus.Â
Hal ini akan menguatkan tidak hanya hubungan yang erat dengan anak, namun juga penguatan karakter positif yang akan menjadi bekal selamanya. Anak menjadi Cerdas -- Berkarakter -- Mandiri, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Semoga bermanfaat
Alfiyah Qurrotu A'yunina
Malang, 21 Oktober 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI