Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - guru

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Dongeng dalam Merekatkan Hubungan Anak dengan Orang Tua

16 November 2018   02:39 Diperbarui: 16 November 2018   03:19 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh SehatFresh.com

Berbicara mengenai anak usia dini, para pakar psikolog telah bersepakat bahwa masa anak ialah masa keemasan (the golden age). Dimana anak mengalami masa pertumbuhan otak dan kepalanya yang sangat pesat dibandingkan organ tubuh lain.

Hal tersebut semakin menjelaskan bahwa masa ini adalah besar besarnya imajinasi manusia dapat muncul. Keberagaman imajinasi itulah yang kemudian menjadi perhatian khusus bagi orang dewasa agar dapat memaksimalkan momentum yang tak dapat diulangi lagi ketika anak telah beranjak tua.

Pembentukan karakter sendiri tidak hanya dapat dilakukan dalam areal sekolah, tetapi saat di rumah pun hal itu juga dapat orang tua berikan. Salah satu yang dapat diupayakan adalah melalui dongeng.

Menurut Dudung, dongeng adalah bentuk sastra lama yang bercerita tentang kejadian luar biasa yang penuh khayalan dan tidak sungguhan terjadi. 

Dongeng merupakan bentuk sastra fiktif yang menghibur namun tetap memiliki pesan moral dalam ceritanya. Dongeng terdiri atas berbagai jenisnya yang dapat diberikan kepada anak usia dini. Tentu hal tersebut tidak lepas dari nilai nilai moral yang dapat dijadikan acuan dalam pembentukan karakter anak.

Tujuan dari adanya dongeng sendiri jika ingin ketahui sangatlah banyak. Dan semuanya mengarah kepada hal positif. Adapun anggapan orang tentang dogeng sekedar cerita berbohong atau tidak benar benar terjadi. Hal itu perlu dikaji ulang dan dipahami dari sisi berbeda. Mau bagaimanapun juga, tujuan dongeng ialah untuk menyemaikan daya imajinasi anak agar lebih kreatif atau kritis.

Dongeng adalah tanda kasih sayang orang tua

Satu hal yang terbesit diantar kita semua saat mendengar dongeng tentulah cerita yang disampaikan lewat mulut kemulut. Jika ingin lebih spesifik lagi mengenai pertanyaan darimana pertama kali kamu mendengar dongeng? Pastilah jawabnya saat sebelum tidur, dan ibu adalah pendongenya. Yaa. Sudah termasuk bukti yang jelas kan mengenai dongeng yang dapat membuat anak merasa diperhatikan, diberi kasih sayang, dan mendapat bimbingan.

Mampu menyeimbangkan emosi anak

Seusai atau saat dibacakan dongeng, posisi anak akan terasa lebih dekat dengan pendongeng. Anak akan dibawa masuk kedalam cerita yang akan disampaikan. Disitulah peran pendongeng akan muncul dalam melibatkan emosi anak atau sering kita kenal dengan istilah bermain peran. Melalui perbedaan sifat atau karkter tokoh yang digambarkan anak akan belajar bagaimana seharusnya bersikap.

Kesempatan berkomunikasi langsung

Dengan menggunakan metode mendongeng sebelum tidur, poin ini akan sesering mungkin terlaksana. Karena dengan melakukan pendekatan secara individual seperti ini, chemistry akan semakin terasa antara anak dengan orang tua. Sehingga peluang untuk bersikap terbuka antar keduanya akan semakin besar.

Nah, dari beberapa poin penting diatas telah dipaparkan bukti mengenai besarnya pengaruh dongeng dalam membangun kedekatan antara anak dengan orang tua. Namun yang perlu digaris bawahi ialah sebisa mungkin untuk orang tua agar menempatkan diri sebagai pendongeng yang tidak mendominasi anak dengan paksaan seolah olah pesan moral harus mendapat tindak lanjut. 

Melainkan dalam proses pendekatan melalui dongeng. Kedua pihak harus mendapatkan kesempatan untuk saling berbagi atau menciptakan pengalaman bersama. Dengan begitu kelekatan akan muncul mengikuti dengan alur yang telah dilabeli nyaman oleh kedua pihak.

Semoga menambah wawasan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun