Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - guru

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jika Membaca Tidak Menjadi Hobi Masyarakat Indonesia, Akan Seperti Ini Jadinya

2 Maret 2018   14:15 Diperbarui: 2 Maret 2018   15:44 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring munculnya fasilitas berkehidupan yang semakin lengkap, utamanya pada bidang teknologi informasi. Hal itu semua ternyata berimbas kepada kondisi budaya literasi di Negara ini yang semakin memprihatinkan. Masyarakat lebih khusyuk dengan persuasi yang sangat menarik dari efek globalisasi. Hanya dengan sebuah benda kecil yang bernama handphone. Betapa banyak waktu yang telah diraupnya waktu berharga untuk membaca dan menulis bagi masyarakat yang belum dapat mengendalikan kecanggihan teknologi masa kini.

Dengan zaman yang super maju ini, seharusnya semangat untuk berliterasi semkain tinggi. Rasanya ingin berkaca pada zaman yang lalu-lalu. Dewasa ini, anak-anak semakin asyik dengan gawainya, berkat kurang tegasnya orang tua dalam memberi fasilitas mewah untuk anak. Berbagai alasan pula yang mereka lontarkan sebagai alibi agar tak melulu disalahkan dalam kesukaan anak terbaru itu.

Dan perubahan itu berdampak juga terhadap keberadaan perpustakaan sekolah semakin sepi. Karena setiap ada tugas mudah saja bagi mereka untuk sekali mengusap layar handphone mereka. Kemudian menuliskan kata kunci lalu selesailah tugas tanpa menghabiskan waktu utuk mondar-mandir mencari referensi buku di perpustakaan.

Memang tidak bisa langsung dikatakan bahwa budaya literasi Negara ini rendah. Mungkin masih bermetamorfosa. Tapi, sampai kapankah hal itu dikatakan sebagi alasan klise?

Membaca itu, bukan lagi sebatas hobi belaka. Melainkan untuk mendorong kekuatan literasi di Negara ini, paradigma baru harus segera diproklamirkan agar terjadi perubahan yang signifikan. Yakni dengan menjadikan membaca itu sebagi kewajiban, bukan lagi sekedar kesenangan yang jika tidak dilakukan tak berdampak pada psikis kita. Setelah terhukumi wajib. Hal itu akan otomatis memaksa pelaku agar tidak sekalipun menniggalkan satu hal apik ini. Memang untuk berubah membutuhan lama.

Mendesain ulang perpustakaan sekolah

Mungkin semakin sepinya perpustakaan diakibatkan dari desain interiornya yang kurang menarik ketertarikan anak untuk mendatanginya. Hal tersebut dapat disiasati dengan mendesain ulang interior perpustakaan agar dapat menarik minat siswa-siswi yang ingin membaca buku.

Ajari siswa bijak dalam berliterasi digital

Memang ponsel tidak selalu memberikan dampak negative dalam kehidupan. Hal bijak seperti memberi pengarahan terhadap penggunaan ponsel dapat digunakan orang tua untuk mendorong anak menjadi lebih pandai dalam bermain ponsel. Salah satunya dengan mengajarinya mengakses informasi mengenai pelajaran sekolah, ataupun cerita-cerita pendek yang memiliki kisah inspiratif.

Agar anak tidak melulumenggunakan ponsel sebagi alat menontot video ataupun kecanduan game yang berakibat buruk pada kualitas literasi dalam membaca dan menulisnya.

Malang, 2 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun