Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - guru

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulislah Sebelum Kisah itu Hilang

30 Oktober 2017   09:05 Diperbarui: 30 Oktober 2017   09:33 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
membiasakan diri untuk menulis by freepressjurnal.in

Menulis yang kini Saya usahakan menjadi hobi ini mungkin belum sepenuhnya Saya kuasai detil-detilnya. Mungkin bisa dikatakan hasil tulisan Saya masih ecek-ecekdan masih sangat harus banyak belajar dari yang lainnya. Sampai sebelum masuk di perguruan tinggi ilmu mengenai tulis menulis masih Saya dapat dari sebatas pembelajaran di kelas atau bahkan hasil dari setelah membaca karya dari penulis lain.

Berbicara soal menulis, selalu mengingatkan masa kecil Saya. Masa dimana selalu ada majalah baru dari Ibu. Bila boleh dilanjut cerita, Ibu Saya selalu rutin setiap minggu untuk menyempatkan dirinya membelikan majalah anak-anak untuk Saya. Tujuannya simple   sih kata beliau. Ibu Saya ingin Saya gemar membaca, masalah paham atau ndak kata beliau itu biarlah berjalan dengan sendirinya. Alhasil setiap lembar demi lembar beliau selalu berupaya membacakannya sepulang sekolah dan ketika akan tidur. Masa dimana Saya selalu merasa selalu dekat dengan Ibu.

Hal itu selalu Ibu Saya lakukan sampai Saya duduk dibangku kelas 5 SD, selepas itu Ibu jarang sekali bisa membelikan dan membacaka majalah untuk Saya. Mungkin karena Ibu Saya sudah mulai sibuk yang kebetulan pada saat itu Ibu sedang mengurusi adik Saya yang baru dilahirkan. Saya bahagia dengan hadirnya adik dalam hidup Saya, tapi hal itu sedikit menimbulkan kesedihan karena sejak saat itu pula Ibu sudah jarang bahkan hampir tidak pernah membelikan majalah untuk Saya lagi. Namun, buah dari hasil menanam selama bertahun-tahun itu pun panen tanpa diduga. Membeli buku dan membaca sudah menjadi hal yang tidak bisa Saya tinggalkan. Ternyata ada makna dibalik itu semua, Saya sendiri yang harus melanjutkan kebaikan itu sendiri sedikit mengurangi bantuan dari Ibu.

Hingga kebiasaan-kebiasaan baik itu merembet kepada kegemaran menulis. Masih yang ringan-ringan saja sih pada waktu itu. Sebatas menulis pada buku harian. Apa-apa yang terjadi pada hari itu, Saya mencoba menceritakan pada buku harian. Dan hal itu didukung positif oleh Ibu Saya. Kerap kali jika buku sudah penuh, Ibu selalu memberikan yang baru untuk Saya menulis lagi. Saya senang dengan kebiasaan baru Saya ini, begitu menyenangkan dan menantang.

Rasanya jika menulis dibuku harian saja kurang menarik, kemudian waktu SMA Saya mencoba memberanikan diri untuk menuliskan keinginan agar kelak dapat memilikiblog yang berisi tulisan hasil karya pribadi. Hingga keinginan tersebut tercapai saat Saya mulai belajar diperguruan tinggi sampai sekarang dan itu berkat dorongan dari salah satu dosen Saya. Dan hal itu merupakan nikmat yang sangat luar biasa bagi Saya untuk dapat menumpahkan seluruh isi hati dalam bentuk tulisan.

Seperti kata yang disampaikan Imam Asy-Syafi'I dalam Diwan Syafi'I hal 103 bahwasanya

Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya

Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat

Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang

Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Semangat berkarya. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun