Mohon tunggu...
Ayuni Maulidiya
Ayuni Maulidiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo, salam kenal! Terimakasi telah berkunjung:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Identitas Manusia Indonesia

13 April 2024   07:39 Diperbarui: 13 April 2024   07:42 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Penghayatan nilai-nilai Pancasila di sekolah memiliki dampak signifikan dalam memperkuat identitas manusia Indonesia. Sebagai fondasi filosofis negara, Pancasila bukan sekadar kumpulan prinsip, melainkan juga cerminan dari karakter dan moralitas bangsa Indonesia. Di dalam lingkungan sekolah, pengajaran dan penghayatan nilai-nilai Pancasila menjadi bagian integral dari proses pendidikan yang memainkan peran penting dalam membentuk perspektif dan sikap siswa terhadap diri mereka sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

            Pertama-tama, penghayatan Pancasila di sekolah membantu siswa untuk menginternalisasi nilai-nilai dasar seperti keadilan, persatuan, dan kesetaraan. Melalui pembelajaran tentang "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia" dan "Persatuan Indonesia", siswa diberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menghormati hak-hak dan martabat setiap individu serta pentingnya kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, penghayatan Pancasila mengajarkan kepada siswa untuk melihat keberagaman sebagai kekuatan, bukan sebagai sumber konflik.

            Kedua, pengajaran nilai-nilai Pancasila di sekolah juga berperan dalam memperkuat rasa kebanggaan dan identitas nasional. Melalui pembelajaran tentang "Ketuhanan Yang Maha Esa" dan "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab", siswa diajak untuk memahami dan menghargai keberagaman agama dan budaya yang ada di Indonesia. Hal ini membantu siswa untuk merasakan kedekatan dengan sesama warga negara Indonesia, meskipun memiliki latar belakang yang berbeda. Pengalaman ini tidak hanya memperkuat rasa persatuan, tetapi juga mengukuhkan rasa memiliki dan cinta tanah air.

            Terakhir, penghayatan nilai-nilai Pancasila di sekolah menciptakan landasan moral bagi siswa dalam menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Dengan memahami dan menginternalisasi nilai-nilai seperti "Ketuhanan Yang Maha Esa", "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab", "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia", "Persatuan Indonesia", dan "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan", siswa dilatih untuk menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, adil, dan peduli terhadap kesejahteraan bersama. Dengan demikian, penghayatan Pancasila di sekolah tidak hanya membentuk identitas manusia Indonesia, tetapi juga mengarahkan siswa menuju peran yang aktif dalam membangun masa depan bangsa.

            Salah satu simbol penting yang dapat ditemukan di ekosistem sekolah dan berperan besar dalam proses pembelajaran penghargaan serta penghayatan terhadap kebhinekaan adalah bendera Indonesia. Simbol ini tidak hanya mewakili identitas nasional, tapi juga mengandung makna mendalam tentang persatuan dalam keberagaman. Di banyak sekolah, upacara pengibaran bendera menjadi kegiatan rutin yang melibatkan seluruh komponen sekolah, dari siswa hingga guru, yang berdiri bersama menghormati lambang Negara.

            Penggunaan bendera dalam lingkungan sekolah bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi sarana efektif untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila, khususnya "Persatuan Indonesia". Setiap lipatan pada bendera, dan setiap detail dalam upacara pengibaran bendera, mengajarkan disiplin, respek, dan kesiapsiagaan yang merupakan cerminan dari nilai-nilai nasional. Lebih lanjut, momen ini juga sering dimanfaatkan oleh guru untuk mengingatkan siswa tentang pentingnya menjaga keutuhan NKRI dan menghargai setiap suku, agama, dan ras yang ada di Indonesia.

            Pada saat yang sama, interaksi yang terjadi di antara siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda selama upacara tersebut juga secara tidak langsung mengajarkan mereka tentang toleransi dan kerjasama. Ini adalah contoh konkret bagaimana sekolah menggunakan simbol nasional untuk tidak hanya mengajarkan tentang nilai historis atau politis, tetapi juga sebagai alat penghayatan nilai kebinekaan dalam praktik sehari-hari. Melalui pengalaman bersama ini, siswa belajar untuk melihat persatuan sebagai sebuah kekuatan dan keragaman sebagai sumber kekayaan yang harus dirayakan, bukan dipertentangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun