BOYOLALI --Kekerasan terhadap anak pada saat ini merupakan PR besar pemerintah, pasalnya selama  masa pandemi Covid-19 kasus kekerasan terhadap  anak yang tercatat di Simfoni PPA semakin meningkat drastis. Seharusnya, masa pandemi yang mengharuskan semua kegiatan dilakukan secara daring dari rumah ini anak-anak merasa lebih aman dalam pengawasan orang tua. Namun, data justru membuktikan sebaliknya.
Menurut data yang disampaikan oleh Priyadi Santosa, sekretaris Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kemen PPPA, Simfoni PPA mencatat selama periode 1 Januari-21 Agustus 2020 terdapat 4.859 kasus kekerasan terhadap anak dengan total 5.048 korban. (dikutip dari Tribunnews.com)
"Sebanyak 1.286 diantaranya adalah korban kekerasan fisik, 1.229 korban kekerasan psikis, dan  2.997 korban kekerasan seksual, sisanya adalah eksploitasi, TPPO, Penelantaran, dan lainya," Jelas Priyadi (Jumat, 28 Agustus)
Berangkat dari makin maraknya kasus-kasus kekerasan terhadap anak, pada program kegiatan KKN Bali Ndeso Cegah Covid-19 yang dilaksanakan di Desa Ngablak, Wonosamudro, Boyolali, mahasiswa UNISRI progam studi Pendidian Bahasa Inggris mengadakan penyuluhan dengan tema "Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak dalam Keluarga".
Penyuluhan ini dilaksanakan pada Rabu, 26 Agustus di Balai Desa Ngablak, Wonosamudro, mengundang perwakilan dari setiap dusun dengan tetap menaati protokol kesehatan. Setelah diadakanya penyuluhan dan kampanye anti kekerasan terhadap anak ini diharapkan seluruh warga desa Ngablak pada khususnya dapat sadar akan pola pengasuhan yang ramah anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H