Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, MD adalah bentuk daydreaming yang dilakukan secara berlebihan dan mampu memengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang. Sleep Foundation melansir bahwa ada beberapa ciri-ciri atau karakteristik seseorang yang melakukan aktivitas MD, di antaranya:
- Adanya dorongan atau perasaan kuat untuk melamun dan berfantasi
- Sulit merasa fokus
- Susah tidur
- Fantasi, khayalan yang terasa begitu jelas dan detail seperti sebuah cerita
- Pergerakan, ucapan, dan ekspresi yang dilakukan secara tidak sadar di tengah sesi daydreaming
- Daydream yang berlangsung selama berjam-jam
Â
3. Dampak maladaptive daydreaming
Karena MD adalah bentuk daydreaming yang sudah berada dalam level mampu mengganggu kehidupan sehari-hari dan kesehatan mental seseorang, tentu saja dampak yang didatangkannya akan selalu berkonotasi negatif. Newsport Institute menyebutkan bahwa dampak dari melakukan MD adalah sebagai berikut.
- Gangguan dan hambatan dalam hal pekerjaan, sekolah, atau hobi. Hal ini dikarenakan aktivitas MD menghabiskan banyak watu seseorang yang melakukannya.
- Masalah dalam bersosialisasi. Orang yang melakukan MD memiliki kecenderungan untuk mengabaikan hubungan dan interaksi sosial dengan orang lain dan lebih memilih untuk berfantasi.
- Dorongan untuk terus melakukan MD. Orang yang sering melakukan MD bisa merasa kesal apabila mereka melewatkan waktu untuk berkhayal.
- Perasaan malu, tertekan, dan bersalah. Orang yang melakukan MD seringkali dilanda rasa malu, tertekan, dan bersalah karena aktivitas itu menjadi penyebab utama terhambatnya dan terganggunya aspek-aspek kehidupan sehari-hari mereka.
- Gangguan tidur. Orang yang melakukan MD sering mengalami kesulitan untuk tidur, khususnya di malam hari.
Â
4. Tips mengurangi frekuensi maladaptive daydreaming
Dari beberapa dampak MD yang sudah disebutkan, jelas sekali bahwa MD bukanlah sebatas aktivitas berkhayal yang efeknya bisa disepelekan. Jika tidak ada niat dan upaya untuk menguranginya, dikhawatirkan MD bisa menimbulkan efek yang lebih serius, contohnya seperti gangguan kecemasan dan depresi. Musetti et al. (2021) di jurnal Frontiers in Psychology mengklaim bahwa orang yang melakukan MD memiliki gejala kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibanding orang yang tidak melakukan MD. Karenanya, adalah sebuah keharusan bagi seseorang untuk mencoba mengurangi frekuensi atau intensitas aktivitas MD. Hal ini bisa dilakukan melalui beberapa cara, yakni:
- Melakukan kegiatan lain atau hobi yang positif. Mengurangi intensitas aktivitas MD bisa dimulai secara bertahap dengan melakukan kegiatan lain yang lebih positif, seperti menekuni hobi, khususnya yang bisa dilakukan di luar ruangan.
- Mulai memperbanyak interaksi dengan keluarga, teman, dan orang sekitar. Seseorang menjadi sering, kecanduan melakukan MD dikarenakan kurangnya aktivitas dan interaksi sosial dengan orang lain.
- Menjauhi hal-hal yang bisa memicu dorongan untuk melakukan MD, seperti mengurangi membaca buku-buku fiksi, konten sosial media, atau musik-musik yang bersifat sugestif. Aktivitas membaca buku fiksi bisa diganti dengan membaca buku non fiksi.
- Mencari bantuan dan menghubungi pihak profesional. Apabila aktivitas MD dirasa sudah sangat mengganggu dan menimbulkan masalah serius pada kesehatan mental, menghubungi bantuan pihak profesional (psikolog/psikiater) bisa menjadi jalan untuk menanganinya.
Â
Nah, sekarang kamu jadi lebih tahu mengenai aktivitas membuat fake scenario dan efek negatifnya jika dilakukan secara berlebihan. Intinya, sesuatu yang dilakukan dengan berlebihan tidak pernah berakhir baik. Begitupula dengan MD. MD memang menawarkan kesenangan, tapi patut diingat, euforianya hanya bersifat sementara dan berjangka pendek. Alih-alih, MD hanya akan mendatangkan banyak dampak negatif pada kehidupan kamu.
Sekarang, pertanyaannya, apakah kamu termasuk salah satu orang yang secara tidak sadar telah melakukan, dan mungkin, sudah ketagihan dengan maladaptive daydreaming (MD)?
Â