Mohon tunggu...
Ayunda Camelia
Ayunda Camelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Communication graduated from University of Singaperbangsa Karawang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengguna Anonim pada Perilaku Cyberbullying di Media Sosial

9 April 2021   13:05 Diperbarui: 9 April 2021   13:22 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto Okezone.com

Pesatnya kemajuan teknologi membuat masyarakat dapat dengan mudahnya mengakses internet dan media sosial tanpa batas. Dalam laporan survei terbaru yang dilakukan oleh Hootsuite, pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta jiwa di awal tahun 2021. 

Jumlah ini meningkat sebanyak 15,5 persen atau setara dengan 27 juta jiwa jika dibandingkan pada Januari 2020 lalu dengan jumlah 175,5 juta jiwa. Sementara pengguna media sosial sendiri, dalam laporan dari survei yang dilakukan oleh We Are Social dengan judul “Digital 2021: The Latest Insight Into The State of Digital”, disebutkan bahwa dari total 274,9 juta penduduk Indonesia, 170 juta di antaranya telah menggunakan media sosial.

New media membuat konsep audien lama berubah yang semula merupakan pengguna pasif menjadi pengguna aktif. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan media oleh audien dimana audien bisa menyampaikan pesan dengan memproduksi, mengedit, dan mengunggahnya sendiri (Octaviani, 2017). 

Namun, kecanggihan teknologi internet dan komunikasi tak selalu membawa dampak baik, beberapa orang menyalahgunakannya pada hal yang tidak seharusnya dilakukan, seperti melakukan perundungan di dunia maya. Walaupun setiap orang bebas mengemukakan pendapatnya di media sosial. 

Tetapi, tak semua pendapat itu termasuk pendapat yang positif. Sebagian orang menyampaikan komentar negatif, kata-kata kasar, cemoohan, ejekan, dan sebagainya. Hal ini bisa mengarah pada kegiatan cyberbullying

Ujaran-ujaran yang dikatakan di komentar tersebut dapat memberi dampak negatif kepada korban. Kebanyakan mereka yang melalukan cyberbullying itu berlindung di balik identitas palsu, agar orang lain tidak dapat melihat siapa sebenernya dirinya dan menutupi image yang dibangun di akun personalnya.

Seperti hasil temuan dari Kapersky, sebuah perusahaan keamanan siber global yang menemukan bahwa lebih dari 3 dari 10 orang pengguna media sosial di Asia Pasifik (APAC) mengakui memiliki akun anonim tanpa menggunakan nama asli, foto, serta informasi indentitas pribadi (PII). Dengan jumlah lebih dari seperempat atau 34% menggunakan akun anonim untuk menentang argumen seseorang atau berita online.

Seorang pengguna anonim merasa bisa melakukan apa saja di media sosial karena tidak ada yang mengenalinya. Ia bisa mengekpresikan perasaan dan emosinya, seperti halnya mencemooh dan mengejek. Kondisi ini bisa saja hasil dari proyeksi suasana hatinya yang sedang tidak baik, namun jika terus menerus ini dilakukan hal ini berpotensi dapat menyakiti hati orang lain dengan dalih anonim.

Cyberbulling sendiri menurut Burgess-Proctor, Hinduja, dan Patchin dalam Rastati mendefiniskan sebagai perbuatan merugikan yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang melalui komputer, telepon genggam, dan perangkat elektronik lainnya yang mana dilakukan dengan cara mengirimkan pesan berupa ancaman atau yang mempermalukan seseorang melalui pesan teks, surel atau email, komentar menghina seseorang di website atau media sosial, mengancam atau mengintimidasi seseorang melalui berbagai bentuk daring atau dalam jaringan, serta meyebarkan rumor tentang seseorang, mengintai, atau mengancam orang lain melalui komunikasi elektronik (Octaviani, 2017).

Contoh nyata yang sering dijumpai di dunia maya ada pada di Instagram, terutama pada akun-akun selebritis. Banyak sekali akun-akun anonim palsu yang berani menuliskan komentar-komentar negatif dengan menggunakan kata-kata kasar di dalamnya. Akun artis Kesha Ratuliu pernah mendapat serangan komentar negative dari pengikutnya.

Ia mendapat direct message (DM) dari salah satu akun anonim dengan identitas yang tidak jelas, yang mengomentari bentuk tubuhnya melalui Instagram story-nya. Seperti yang diunggah Kesha di Instastories-nya, bukti screenshot tersebut berisi “kaaak makin kaya ibu2 anak 1 badanyaaa (ditambahi emoji meringis)”, dan beberapa komentar lainnya yang pernah dilontarkan.

Melihat maraknya peristiwa cyberbullying ini, saya pun mencoba melakukan riset kecil dengan memberi sejumlah pertanyaan kepada orang yang pernah mengaku melakukan cyberbullying. Dalam hal ini, kita sebut saja pelaku 1 dan pelaku 2.

Pelaku 1 merupakan pengguna aktif media sosial. Ia menggunakan akun anonimnya lantaran tidak ingin diketahui teman-temannya dan juga keluarganya. 

Akun anonim tersebut memakai identitas foto orang Jepang dengan nama palsu. Pada masa Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia mengaku pernah melakukan pembullyian di media sosial Facebook kepada teman satu sekolah yang tidak dikenalnya. 

Pelaku mengejek dan berkomentar dengan kata kasar kepada temannya tersebut dikarenakan saat itu temannya berkomentar negatif kepada artis yang diidolakan pelaku, maka dari itu ia mengejek temannya, seperti “Alah dasar lu kayak udah bener aja”, “Anak syaiton”, dan diikuti kata-kata hewan. Pelaku mengaku saat itu dirinya sedang emosi sesaat, dan setelah melakukannya ia menyesal dan malu melakukan hal tersebut.

Berbeda dengan pelaku 2, kali ini platform yang digunakannya adalah Twitter, Instagram, dan TikTok. Dirinya pernah melakukan perundungan di media sosial dengan akun anonimnya dikarenakan tidak ingin memiliki image negatif jika memakai akun personalnya yang sudah memiliki image tersendiri. 

Akun anonim yang digunakannya memakai meme sebagai foto profil dan tidak menambahkan identitas lainnya. Ketika ditanyakan alasan melakukannya, ia memberi tahu bahwa ingin melampiaskan emosi karena sebelumnya orang yang dibullynya melakukan kesalahan juga. Dirinya biasa melontarkan kata negatif kepada orang lain karena kesalahan dari orang tersebut. 

Di twitter biasanya ada orang yang menurutnya suka melakukan diskriminasi terhadap seseorang, karena itu biasanya ia suka melontarkan kata negatif agar orang tersebut jera dan menyadari perbuatannya itu salah. Kata-kata atau ujaran tersebut berupa sarkasme. Saat saya menanyakan apa yang ia rasakan setelah melakukan pembullyian, dirinya mengatakan merasa puas walau ia tahu itu salah.

Aronson, Wilson, dan Akert (2007) menegaskan bahwa individu yang tidak memberikan identitas (anonim) lebih sering mengatakan sesuatu yang tak pernah mereka katakan sebelumnya pada saat identitas mereka diketahui (Mukhoyyaroh, 2020). Hal ini sejalan dengan kasus pada kedua orang yang melakukan perundungan di atas, mereka cenderung menggunakan akun anonim agar identitasnya tidak diketahui karena takut orang lain mengetahui perbuatannya. Dengan akun anonim, mereka bisa berbicara sepuasnya, berbeda dengan jika menggunakan akun personalnya.

Alasan lain orang yang pernah melakukan cyberbullying di atas selaras dengan hasil riset yang dilakukan oleh youth IGF (internet governance forum) dengan hasil bahwa ada empat alasan utama mengapa pengguna media sosial tidak mencantumkan identitas mereka menurut, yakni agar merasa lebih aman, untuk melindungi reputasi, menyenangkan, dan agar terhindar dari masalah (Global Perspective, 2013; dalam Mukhoyyaroh, 2020).

Menggunakan akun anonim sebagai alat berlindung memang terlihat aman. Namun, di balik itu ada sebuah kondisi yang menjelaskan fenomena perilaku tersebut. Saat seseorang menggunakan akun yang seolah bukan dirinya (anonim), maka ia merasa tidak perlu bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukannya. 

Kondisi ini biasa disebut dengan deindividuasi. Deindividuasi merupakan hilangnya kewaspadaan diri seseorang sebagai pribadi, yang berakibat pada hilangnya rasa takut dan tanggung jawab pada suatu kondisi (Myers, 2010; dalam Hayuputri, 2019). Anonimitas merupakan faktor yang sangat mempengaruhi timbulnya deindividuasi. Anonim secara sederhana dapat didefinisikan sebagai seseorang yang tanpa nama atau tidak diketahui namanya (Kabat, 2001; dalam Hayuputri, 2019).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menggunakan akun anonim dengan tujuan untuk mengejek, mencela, mencemooh, berkata kasar, merupakan tindakan yang tidak baik. 

Korban maupun pelaku dapat menerima dampak dari perilaku dan kegiatan ini. Pelaku tak dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya dan korban mendapat pengaruh yang mengarah ke psikologisnya.

Sumber:

Octaviani, Ananda Putri. 2017. Cyberbullying dan Motif Remaja Dalam Melakukannya. Jurnal Komunikasi Massa. Diakses dari https://www.jurnalkommas.com/index.php/?target=isi&jurnal=CYBERBULLYING-DAN-MOTIF-REMAJA-DALAM-MELAKUKANNYA

Mukhoyyaroh, Tatik. 2020. Anonimitas dan Deindividuasi pada Remaja Pengguna Sosial Media. Jurnal Penelitian Psikologi, 11(1), diakses dari https://jurnalfpk.uinsby.ac.id/index.php/JPP/article/view/354/220

Hayuputri, Frida Medina. 2019. Akun Palsu di Media Sosial Dalam Kaitannya dengan Deindividuasi. Buletin KPIN, 5(1), diakses dari https://buletin.k-pin.org/index.php/daftar-artikel/477-akun-palsu-di-media-sosial-dalam-kaitannya-dengan-deindividuasi

Jadi Korban, 4 Artis Indonesia Buka Suara Lawan Cyberbullying. 2020. Okezone.com. diakses dari https://celebrity.okezone.com/amp/2020/06/29/33/2238330/jadi-korban-4-artis-indonesia-buka-suara-lawan-cyberbullying

Stephanie, Conney. 2021. Riset Ungkap Lebih dari Separuh Penduduk Indonesia “Melek” Media Sosial.  Kompas.com. diakses dari https://kompas.com/tekno/read/2021/02/2408050027/riset-ungkap-lebih-dari-separuh-penduduk-indonesia-melek-media-sosial

Kominfo: Pengguna Internet di Indonesia Capai 175,5 Juta. 2020. Republika.co.id. diakses dari https://www.republika.co.id/berita/qhgibx335/kominfo-pengguna-internet-di-indonesia-capai-1755-juta

Kapersky: Pengguna Akun Anonim Terbanyak di Asia Tenggara, Facebook Teratas. 2020. Tempo.co. diakses dari https://tekno.tempo.co/read/1412640/kapersky-pengguna-akun-anonim-terbanyak-di-asia-tenggara-facebook-teratas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun