Mohon tunggu...
Ayunda Ahmania
Ayunda Ahmania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sriwijaya

Mahasiswa Universitas Sriwijaya, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Berkomunikasi dan Menghadapi Fase Lemah Usia pada Lansia

3 Oktober 2022   01:26 Diperbarui: 5 Oktober 2022   18:47 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lanjut usia atau yang biasa disebut lansia merupakan bagian dari kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahap akhir dari daur kehidupannya. Penduduk lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DUKCAPIL), terdapat 30,16 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2021. Kelompok ini porsinya mencapai 11,01% dari total penduduk di Indonesia yang berjumlah 273,88 juta jiwa, dengan begitu maka sebanyak 11,3 juta jiwa (37,48%) merupakan penduduk lansia berusia 60-64 tahun, kemudian 7,77 juta (25,77%) yang berusia 65-69 tahun, setelahnya ada 5,1 juta jiwa (16,94%) yang berusia 70-74 tahun, serta 5,98 juta (19,81%) yang berusia di atas 75 tahun.

Pada kelompok lansia akan terjadi sebuah proses perubahan yang disebut proses menua yang alami. Proses menua ini ditandai dengan berbagai perubahan pada fisik maupun mental lansia. Hal tersebut juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menunjukkan bahwa mereka sudah kembali berada di fase lemah usia. Lemah di sini mengacu pada sifat kurang matang dalam berpikir dan kurang matang dalam bersikap, artinya kondisi seseorang yang sudah mencapai dan melalui masa kedewasaannya maka akan kembali lagi ke masa kanak-kanak. Oleh karena itu, pemahaman dan dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan dalam menghadapi fase lemah usia pada lansia.

1. Tetap Menghormati dan Menghargai Lansia sebagai Orang Tua

Kaum lanjut usia tetap menjadi orang yang lebih tua dari kelompok usia lainnya, maka dari itu sebagai kaum muda harus senantiasa menghormati para lansia dengan menghargai serta membantu dalam segala kondisi dan keadaan. Rasa hormat kepada orang tua bukan sekedar bagian dari budaya bangsa, namun sebagai penghargaan atas pengabdian dan kearifan yang telah mereka berikan kepada keluarga dan masyarakat.

Apabila dihadapkan dengan lansia yang kerap marah dan mengucapkan kata-kata kasar yang kadang menyakiti hati, maka sebaiknya jangan pernah membalas ucapannya dengan perkataan yang tidak sopan dan santun. Jika ingin mengingatkan, cukup ajak bicara mengenai hal tersebut ketika mereka sudah tenang. Hal ini dilakukan untuk menghindari terciptanya masalah baru.

2. Bersikap Sabar dan Bijaksana Terhadap Perilaku Lansia

Gangguan pada memori ingatan atau yang biasa disebut pikun menyebabkan lansia kerap menanyakan pertanyaan yang sama secara berulang-ulang meski telah dijelaskan dengan rinci. Hal tersebut tidak perlu dihadapi dengan emosi, cukup jawab dengan singkat dan tidak perlu diambil pusing. Karena jika menghadapi lansia pikun dengan cara memarahi atau membentaknya justru akan menimbulkan konflik atas ketidakpuasan mereka dalam menerima jawaban.

Jangan sekali-kali meladeni atau melawan emosi seorang lansia, meskipun terkadang dapat menyakiti hati. Memaafkan dan meninggalkan dendam di masa lalu merupakan pelajaran yang sangat penting. Cobalah melempar senyuman untuk meredakan emosi mereka, kemudian cobalah untuk segera memaafkan mereka. 

Jika sudah memaafkan, tidak perlu diingat-ingat lagi kesalahannya. Belajarlah untuk memaafkan, melupakan, dan mengikhlaskan.

3. Memberikan Kasih Sayang dan Menjadi Pendengar yang Baik bagi Lansia

Tunjukkan kasih sayang, bukan sekedar kasihan. Kasih sayang merupakan hal yang sangat penting bagi para lansia, bahkan menurut Maslow kebutuhan akan kasih sayang termasuk pada kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini mencakup rasa cinta, rasa sayang, serta rasa untuk memiliki dan dimiliki yang diwujudkan melalui hubungan keluarga, pertemanan, dan persahabatan. Maka dari itu, sebagai anak sekaligus bagian dari kaum muda harus senantiasa tergerak untuk membantu para lansia di mana saja dan kapan saja. Jangan sekedar berempati tanpa melakukan apa-apa.

Selain kasih sayang, sebagai anak dan kaum muda juga perlu belajar untuk menjadi pendengar yang baik bagi lansia. Pada umumnya kaum lansia merasa lebih tahu dan andal dalam segala bidang daripada orang lain yang menyebabkan mereka senang sekali berbicara atau mengomentari banyak hal. Kondisi tersebut memberikan kesan cerewet pada kaum lansia. Adapun yang harus dilakukan adalah cukup mendengarkan apa saja yang mereka ucapkan tanpa perlu membantah atau menggurui, jika perlu berpura-pura untuk mencari tahu walau sebenarnya sudah mengetahui hal tersebut.

4. Melakukan Pendekatan Pribadi

Pendekatan pribadi yang dapat dilakukan di antaranya ialah meminta nasihat atau pendapat pada lansia, meminta lansia menceritakan kisah bahagia dalam hidup mereka karena banyak lansia yang menyukai kegiatan mengenang hal-hal indah dalam kehidupan, dan memberikan makanan kesukaan mereka (jika perlu libatkan lansia untuk memasak bersama-sama). Selain mencegah lansia jadi menyendiri, pendekatan tersebut membuat mereka merasa masih dibutuhkan.

5. Memberikan Kesempatan kepada Lansia untuk Mandiri

Kaum lansia tidak selalu ingin dibantu dan diatur dalam kehidupannya, sesekali berikan mereka kesempatan untuk melakukan apa yang mereka sukai. Biarkan lansia untuk menentukan kapan mereka akan mandi, apa saja yang mau mereka makan, serta  apa saja yang mau mereka kerjakan sepanjang tidak membahayakan dirinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun