Genuksari (6/8/22) – Boraks atau senyawa dengan nama kimia Natrium Tetraborat merupakan senyawa kimia berbahaya yang berbentuk kristal putih tidak berbau dan umumnya digunakan sebagai bahan deterjen, antiseptik maupun pengawet kayu, serta untuk mengurangi kesadahan air.Â
Selain itu, terdapat juga garam bleng (turunan dari boraks) dengan bentuknya yang panjang dan berwarna agak kuning. Garam bleng ini merupakan bentuk tidak murni dari asam borat, sementara bentuk murninya dikenal dengan nama boraks.
Seringkali boraks atau garam bleng disalahgunakan oleh penjual pangan sebagai zat pengawet pada makanan. Garam bleng sering dijual dipasaran dan dikenal warga akan fungsinya sebagai pengembang dan pengenyal adonan pada kerupuk. Kandungan boraks banyak ditemukan dalam makanan seperti kerupuk, mie, bakso (sebagai pengenyal sekaligus pengawet).Â
Boraks atau bleng hanya diperbolehkan dalam makanan dengan batas maksimal 1 gram per 1 kilogram atau 1:1000. Apabila dikonsumsi berlebihan, zat ini akan menumpuk dalam tubuh dan dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan, pencernaan, bahkan sistem saraf pusat.
Oleh karena itu, mahasiswa KKN Tim II Tahun 2022 Program Studi S-1 Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro memberikan edukasi akan bahaya boraks yang terkandung pada makanan dan cara mudah mengetahuinya.Â
Program ini dilaksanakan di Posko FKPM Kelurahan Genuksari pada hari Sabtu, 6 Agustus 2022 dan dihadiri oleh ibu-ibu PKK Kelurahan.
Mahasiswa KKN Tim II Undip memberikan gambaran dan ciri-ciri makanan yang mengandung boraks, diantaranya yaitu :
- bentuk dan teksturnya yang sangat kenyal, padat, dan tidak mudah hancur
- warna terlihat lebih putih atau agak butek
- baunya tidak sedap, dan
- lebih tahan lama atau awet selama beberapa hari
Sedangkan cara untuk mengujinya yaitu bisa dengan menggunakan kunyit. Kunyit diparut atau ditumbuk terlebih dahulu kemudian ditambahkan dengan air hingga menjadi pasta kunyit.Â
Selanjutnya, siapkan sampel makanan yang ingin diuji dan teteskan pasta tersebut ke dalam makanan. Jika makanan tersebut positif mengandung boraks maka warna makanan akan berubah menjadi merah bata. Jika hasilnya negatif warna makanan tidak berubah (tetap warna kuning dari pasta kunyit).
Harapannya dengan hadirnya sosialisasi ini, masyarakat semakin menyadari bahaya boraks pada makanan dan dampaknya jika boraks tersebut menumpuk dalam tubuh.Â
Sehingga masyarakat mampu lebih waspada dan tidak sembarangan mengonsumsi makanan yang diduga berbahaya seperti makanan yang mengandung boraks ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H