Ngaben, atau upacara kremasi dalam tradisi umat Hindu di Bali, merupakan ritual penting yang mencerminkan kepercayaan akan siklus kehidupan dan kematian.Â
Apa itu Ngaben?
Ngaben adalah sebuah upacara kremasi yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Bali untuk membebaskan jiwa (atma) dari ikatan duniawi. Upacara Ngaben juga dikenal sebagai Pitra Yadnya, Palebon atau Upacara Kremasi.
Dilansir dari situs Indonesia Kaya, menurut Nyoman Singgin Wikarman, kata "Ngaben" berasal dari kata "beya" yang memiliki arti yaitu bekal. Namun, ada juga teori lain yang menyatakan bahwa "ngaben" berasal dari kata "ngabu" yang berarti menjadi abu atau bahkan dari kata "api", yang melambangkan kekuatan Dewa Brahma.
Makna dan Tujuan Ngaben
Tujuan Ngaben dalam tradisi Hindu di Bali adalah untuk menyucikan roh (atma) orang yang telah meninggal, membebaskannya dari ikatan duniawi, dan membantunya mencapai moksa atau surga. Dalam kepercayaan Hindu, manusia terdiri dari badan halus (roh atau atma) dan badan kasar (fisik). Saat seseorang meninggal, hanya badan fisiknya yang mati, sedangkan rohnya tetap hidup. Upacara ini juga berfungsi untuk mengembalikan unsur-unsur pembentuk tubuh (Panca Maha Bhuta) ke alam asalnya, yaitu pertiwi (zat padat), apah (zat cair), teja(zat panas), bayu (angin), dan akasa (ruang hampa). Selain itu Bagi Masyarakat Bali, Ngaben merupakan peristiwa yang sangat penting yang dimana ini merupakan ungkapan rasa cinta dan ikhlas dari keluarga yang ditinggalkan, berharap agar roh mendapatkan kedamaian dan reinkarnasi yang lebih baik.
Tahapan Prosesi Ngaben
Adapun tahapan prosesi ngaben dalam tradisi Hindu di Bali yang meliputi:
- Ngulapin: Memanggil roh jenazah di Pura Dalem.
- Meseh Lawang: Memulihkan cacat pada jenazah secara simbolis.
- Mesiram atau Mabersih: Memandikan jenazah sebagai pembersihan fisik dan spiritual di rumah duka.
- Ngaskara: Penyucian jiwa melalui ritual dan doa agar bisa menuju ke alam roh dengan kesucian.
- Nerpana: Persembahan sesajen untuk roh atau jiwa yang telah berpulang.
- Ngeseng Sawa: Pembakaran jenazah dalam replika lembu (Petulangan), yang berfungsi sebagai tempat pembakaran dan pengantar roh kea lam roh sesuai dengan perbuatan dsn karma jenazah selama hidupnya.
- Nuduk Galih: Mengumpulkan sisa-sisa tulang setelah proses pembakaran.
- Nganyut: Menghanyutkan abu ke laut, simbol pengembalian unsur ke alam, ini menandakan selesainya prosesi ngaben dan menjadi momen perpisahan terakhir dengan jenazah secara fisik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H