Berita tentang Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017 seirama dengan dengan berita pergantiannya Kepala Badan Intelejen Negara (BIN). Bebagai isu panas di Pilkada DKI senantiasa menjadi pemberitaan di portal berita ataupun televisi.
Salah satu yang kerap dibahas adalah arah labuhan dukungan PDI-P pada balon cagub DKI. Keramaian pun tertuju pada pemberitaan yang berkaitan dengan pergantian kepala BIN, yang saat ini dijabat oleh Sutiyoso. Budi Gunawan (BG) santer diisukan akan menggantikan Sutiyoso sebagai kepala BIN. Silih bergantinya pemberitaan kedua isu ini menjadi tanda tanya besar, apakah ada hubungan antara pergantian kepala BIN dengan dukungan PDI-P?Â
Dukungan PDI-P di Pilkada DKI 2017 yang masih mengambang masih menjadi misteri tersendiri bagi banyak kalangan. PDI-P adalah partai pemenang pemilu di DKI Jakarta yang bisa mengajukan calon kepala daerah tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Kenapa hal demikian harus terjadi, padahal kader PDI-P pun banyak yang bisa dimajukan untuk Pilkada DKI 2017.
Sebut saja walikota surabaya, Risma; Wakil Gubernur DKI, Jarot; Gubernur Jateng, Ganjar; dan lain sebagainya. PDI-P merupakan partai kader yang memang memiliki banyak tokoh yang bisa dimajukan untuk Pilkada DKI 2017. Sehingga sangat mengherankan jika sulit untuk mengambil sikap pilihan seperti saat ini.
Sulitnya PDI-P dalam bersikap diiringi dengan isu pergantian Kepala BIN dari Sutiyoso ke BG. Bisa disebut BG merupakan loyalis Megawati yang totalitas. Setelah sebelumnya BG dicalonkan menjadi Kapolri, namun gagal, sekarang BG pun didorong untuk maju menjadi Kepala BIN. Kepala BIN merupakan salah satu posisi strategis yang merupakan sumber informasi dan rekomendasinya menjadi pertimbangan utama presiden dalam mengambil keputusan.
Melihat pemberitaan belakangan ini, kemungkian besar BG akan segera dilantik menjadi Kepala BIN oleh pak Joko. Sedangkan terkait dengan dukungan PDI-P dalam pilkada DKI, hal ini masih menjadi misteri. Ahok masih tersandera oleh berbagai kasus yang ini membuat PDI-P masih berfikir kembali untuk menjatuhkan hatinya kepada Ahok.
Berbeda dengan Ahok yang tersandera, Saefullah mencoba untuk maju dalam pilkada DKI 2017 ini secara bebas. Saefullah maju dengan menjadi cawagub dari Gerindra tanpa adanya deal-deal politik seperti yang dilakukan oleh Ahok pada PDI-P. Saefullah maju mengikuti prosedur yang ada, dengan tertib aturan, karena memang Saefullah berlatar belakang birokrat.
Majunya Saefullah ini merupakan bentuk perlawanan dalam menghadapi deal-dealan poltik yang terjadi antara calon kepala daerah dengan partai politik yang ada, seperti halnya Ahok yang memiliki deal dengan PDI-P.
Saefullah maju tanpa deal-deal politik dengan Gerinda. Dia maju mencalonkan diri sebagai cawagub Sandiaga Uno dengan mengikuti fit and proper test partai Gerindra. Semoga langkah Saefullah ini diikuti oleh calon kepala daerah lain yang mencoba untuk maju dalam pilkada DKI tanpa adanya deal-deal politik seperti Ahok dan PDI-P.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H