Menjelang pemilihan gubernur (pilgub) Lampung pada 2 Oktober mendatang, suasana makin panas. Serang menyerang antar kubu, terutama di dunia maya, berlangsung sengit.
Sosok Ridho Ficardo yang berpasangan dengan Bachtiar Basri, diprediksi menjadi kuda hitam dalam pemilihan tersebut.
Pengamat pemilu dari Jaringan Pendidikan Pemilu untuk Rakyat (JPPR) Muhammad Afifudin mengatakan, Ridho yang baru berusia 34 tahun dan belum pernah jadi pejabat di pemerintahan menjadi sasaran penyerang karena dianggap ‘hijau’, baik di dunia politik maupun birokrasi.
Namun, kata Afifudin, publik menilai positif Ridho yang masih belum tercemari dunia birokrasi, alias dinilai bersih dari korupsi.
Saya ingin berbagi pandangan tersendiri tentang sosok Ridho yang katanya masih ‘hijau’ tersebut.
Sepanjang yang saya tahu, Ridho, biarpun masih muda, tapi sangat kaya akan pengalaman memimpin. Sejak kecil Ridho aktif dalam kegiatan Pramuka, organisasi yang membuka peluang baginya untuk belajar tentang kepemimpinan. Di organisasi ini, Ridho terpacu untuk menunjukkan kualitasnya karena dia terbilang sangat muda di antara teman-teman sejawatnya, namun harus memimpin para seniornya.
Di Pramuka, Ridho terbiasa memimpin anggota dalam jumlah sangat besar, seperti saat Raimuna Nasional di Yogyakarta pada 2003. Saat itu, ada lebih dari 10.000 anggota Pramuka yang hadir. Ridho-lah yang memimpin mereka. Di situ, Ridho dibantu para ajun komisaris besar polisi (AKBP) yang menerima perintah langsung darinya. Lalu, pada 1999, Ridho menjadi ketua Perkemahan Bakti Dirgantara dengan anak buah para perwira berpangkat kolonel dan letnan kolonel.
Ridho juga akrab dengan para perwira militer. Bukan sekali dua kali dia berdiskusi dengan jenderal bintang 3 dan 4 soal kontra terorisme.
Di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), teman-teman Ridho yang saat itu berusia 28 tahun adalah para kolonel dan brigjen. Dia pernah menjadi ketua regu dengan anggota 10 orang kolonel. Ridho adalah orang sipil dan masih muda yang harus memimpin memimpin para kolonel. Namun tugas itu diselesaikannya dengan baik. Ridho lulus Lemhanas dengan nilai yang lumayan bagus.
Kalau dibilang bahwa Ridho belum pernah terjun ke politik, itu adalah pandangan yang salah. Ridho adalah ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Lampung. Selama dua tahun memimpin DPD Lampung, 2011-2012, Demokrat merebut 4 kursi bupati dari 6 pilbup yang diadakan.
Dari situlah, Partai Demokrat mulai berpikir untuk mencalonkan Ridho sebagai gubernur Lampung. Dia optimistis karena pihaknya memahami strategi pemenangan pilgub, yang dasarnya adalah bagaimana merebut hati dan pikiran masyarakat. Selain itu, Ridho memegang simpul-simpul masyarakat, di mana salah satu simpul yang paling berperan adalah bupati dan timnya. Nah, kalau ada yang bilang kalau Ridho miskin pengalaman memimpin, itu jelas salah. Lagipula, sejarah membuktikan bahwa para agen perubahan adalah para pemuda. (Ayu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H