Mohon tunggu...
Ayu Laksmi
Ayu Laksmi Mohon Tunggu... Lainnya - Copywriter

Bercerita melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Domba yang Tersesat

21 Desember 2021   08:08 Diperbarui: 21 Desember 2021   08:11 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini menuju fajar, sang domba menemukan sebuah ruang gelap dan hampa. Bersimpuh di hadapan empunya semesta, dalam keheningan ia terpaku. Mulai memejamkan mata, ia haturkan puja dan puji, memanjatkan doa. 

Menghaturkan rasa syukur karena hingga detik ia bersimpuh masih diberi nafas, menitikan air mata atas semua kesalahan dan kebodohan yang ia lakukan semenit yang lalu, juga bersyukur ia masih dapat mengutarakan isi hatinya di hadapan Tuhan, sang maha pengasih lagi penyayang. Perasaannya campur aduk tak karuan.

Domba termenung di kegelapan ruang-ruang hampa, yang hanya berisi dirinya dan Tuhan yang merangkulnya dengan tangan hangat penuh harap. Domba hampir kehilangan akal sehatnya hingga harapannya untuk hidup beberapa kali, namun tak memiliki nyali untuk mematikan jiwanya sendiri. Domba tak kunjung menemukan jalan keluar, merasa tersesat dan terpaku di tengah terowongan gelap luas tak terbatas. 

Walaupun ia terus berusaha untuk melangkah maju ia tak dapat melihat apapun di depan sana; langkahnya seolah terhambat oleh rantai panjang menjuntai yang di ujungnya dikaitkan dengan sebongkah baja berukuran besar; di kanan kirinya ia dapati teralis besi yang membuatnya tidak dapat memutar, ataupun menghilang barang sekejap saja. Ia terpenjara--- dalam kegelapan dan ketidaktahuan, dalam waktu yang cukup lama.

Di tengah kesyahduan fajar, domba terdiam. Mendapati dirinya bercerita, meluapkan perasaan syukur dan juga haru. Meminta agar Tuhan memberikan ia jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung dapat ia selesaikan sendiri. Memberikan cahaya agar ia dapat terbebas dari belenggu kegelapan.

"Tuhan, berikanlah jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaanku. Tuntunlah aku dalam cahayamu; agar segala gelap menjadi terang, agar aku dapat melihat sisi baik dalam hal terburuk sekalipun, agar aku dapat bahagia meski dilanda beribu kesedihan, agar aku mempunyai kesempatan untuk mekar walau tau akan layu, dan agar aku memiliki hidup yang bermanfaat walau nantinya akan mati."

Seperti dirangkul Tuhan, domba menangis tersedu di pangkuannya. Ia merasakan perasaan hangat, dan menyadari bahwa hidupnya tidak akan sia-sia; ia lahir ke dunia pasti memiliki tujuan yang besar. 

Bahwa ada alasan kenapa ia masih harus terus melanjutkan hidup; bahkan ketika ia enggan dan tak sanggup melakukannya. Atau ketika ia tidak dapat melihat apapun karena ditutupi kegelapan. 

Seolah Tuhan berkata hidupnya belum usai dan perjalanannya belum berakhir untuk sekarang, Tuhan biarkan domba hidup dari harapan dan merangkulnya dengan secercah cahaya yang tidak menyilaukan namun cukup menghangatkan.

Domba tau waktunya tumbuh tak akan tertukar dengan yang lain, bahwa jalan yang domba pilih sekarang mungkin jalan yang berliku dan memutar; tak semulus jalan kawanannya yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun