Dunianya redup tanpa cahaya
Sendiri dalam lamunan tanpa daya
Sesekali ia menyibakkan rambut panjangnya
Ia teteskan air mata,
ia nampak lara
Perih menyelinap di rongga jiwanya
Isak tangis temani kesendiriannya
Tak henti ia ratapi hidup dengan menyebut asma Tuhannya
Ia berjalan penuh asa
Lewati duka mengiris sukma
Di persimpangan jalan ia berhenti
Menoleh ke belakang meratap lagi
Isak tangis kembali menyelimuti
Seakan hidupnya tlah terhenti
Semenjak ditinggal ayah ibunya mati
Derasnya arus kehidupan menghanyutkan
Ia terombang-ambing tanpa tujuan
Gelisah mengundang tanda tanya
Akan ia bawa kemana hidupnya?
Oh engkau, gadis sebatang kara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H