Mohon tunggu...
Ayu Kusumaningrum
Ayu Kusumaningrum Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Oversensitive | Artbitch | Anticaffeine | Catlover | Freakwriter | Sketcholic | Musicaddict | Indierespect

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bra 34A

18 September 2011   04:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:52 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_194918" align="aligncenter" width="300" caption="Hearing KMA - KRIDAYA | Ayu Kusumaningrum"][/caption]

Anggaplah umur dan jodoh sedang bermain kucing-kucingan. Menurutmu, mana yang menjadi kucing? Umur atau jodoh? Jodoh yang mengejar umur, atau umur yang mengejar jodoh? Atau mereka harus suit terlebih dahulu agar kita tahu, yang kalah, itu yang jadi kucingnya. Ah, andai tradisi keluarga bisa melakukan suit dengan ambisi pribadi dan cita-cita. Betapa bahagianya, bila keberuntungan sedang tidak memihaknya. Itu hanya ‘andai’.

Anggaplah keinginan dan kebutuhan sedang melakukan permainan gulat. Siapa yang harus menang? Keinginan, yang bisa membebaskan ego sebebas-bebasnya? Ataukah kebutuhan, yang membuat ego berpuasa dari puas namun menumbuhkembangkan rasa bijak?

Anggaplah kita diberi kebebasan di dalam sebuah pusat perbelanjaan dengan dibekali uang seratus ribu rupiah. Yang mana yang harus dipilih: satu blus cantik atau beras, minyak, sabun, dan mie instan? Atau adakah pilihan ketiga, menabung, misalnya, atau disedekahkan? Lalu apa yang membuat munculnya prioritas? Kebutuhan kah? Keinginan kah?

Anggaplah ini antara kamu, saya, dan dia. Tidak usahlah ada prosesi pemilihan, karena kamu bukan calon bupati atau walikota yang baligo-baligonya mencemarkan pandangan di jalanan. Yang benar itu, pasti akan memperlihatkan dirinya sendiri. Tidak usah dipertunjukkan karena ini bukan wayang golek di perkampungan. Tidak usah dibuktikan, karena ini bukan kasus suap bapak-bapak berperut buncit yang ada di teve-teve. Yang benar itu, pasti akan memperlihatkan dirinya sendiri, karena ia memang sudah terbawa bersama kita tanpa harus dicari-cari.

Mungkin ini seperti kegiatan pencarian bra bagi wanita, juga bagi gender apa pun yang merasa wanita. Kamu tidak akan mencari ukuran yang ngawur ketika tahu angka mana yang pas untukmu. Angka mana yang bisa menyangga payudara dengan baik dan membentuknya sedemikian rupa untuk tetap menjadi indah. Tidak membuat peyot, tidak memuat efek besar sebelah, juga tidak membuat efek membludak awur-awuran.

Mungkin saya harus berhenti mencari bra berukuran 36C, 36B, 36A, atau 32. Saya tahu pasti, yang saya butuhkan adalah bra 34A.

Mencari penggantimu sepertinya mudah. Namun, saya tidak cukup tolol untuk melakukannya.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun