Mohon tunggu...
Toni War
Toni War Mohon Tunggu... Penulis - sedang belajar mengungkapkan kata

Belajar untuk lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Membangun Rasa Empati di Gerbong Kereta

29 Desember 2019   14:53 Diperbarui: 29 Desember 2019   19:34 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membuang jauh ego arogansi diri
Bisa terbayangkan bagaimana kondisi kereta mungkin 10 tahun atau 20 tahun yang lalu? Bagaimana orang- orang penuh sesak dengan segala jenis barang bawaannya dengan segala kondisinya ada yang duduk, berdiri, bergelantungan di pintu-pintu dan jendela dan naik diatas atap, ngamen, jualan dan lain sebagaianya, mungkin itu sekilas gambaran tentang kondisi perkeretaapian kita dimasa silam. Namun terbalik untuk masa sekarang, moda transportasi khususnya perkeretapian mengalami perubahan yang sangat signifikan.

Di kereta sekarang, tak ada lagi pengamen, orang berjualan, naik di atap kereta, bergelantungan di pintu-pintu kereta. Perubahan tersebut memberi kenyamanan dan keamanan kepada seluruh penumpang kereta api.

Meski demikian namun masih ada saja oknum- oknum penumpang tertentu yang bikin ulah di dalam kereta meskipun sudah ada peringatannya dilarang. 

Akhir-akhir ini viral tingkah laku para penumpang kereta yang kurang humanis sehingga mengganggu kenyamanan penumpang lain. Seperti penumpang yang membuat gaduh di gerbong kereta, merokok di kereta, dan maraknya pelecehan seksual. 

Dari kondisi tersebut mencerminkan masih banyaknya masyarakat yang masih mengedepankan ego masing-masing demi keinginan pribadinya.

Pentingnya mengedepankan rasa humanisme ketika menggunakan fasilitas publik adalah salah satu hal yang penting selain menjaga fasilitas publik yang ada, bagaimanapun juga adalah kepentingan kita bersama untuk menikmati layanan publik yang aman dan nyaman dengan tetap menjaga fasilitasnya..

Demi menjaga keamanan dan kenyamanan bersama, upaya pemerintah yang terus menerus memperbaiki layanan publik perlu kita dukung dengan tidak bersikap arogansi, saling menghormati hak-hak orang lain, mengedepankan sikap empati kepada yang lebih membutuhkan. 

Semoga kedepan tidak ada lagi a ticket without seat atau mungkin juga perlu payung hukum terkait a seat priority  sehingga tidak ada lagi berebut tempat duduk dan pelayanan semakin baik kedepannya.

Salam Damai penuh humanis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun