KRL dan a ticket without seat
Perkembangan dunia perhubungan khususnya alat transportasi di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu. Kenyamanan dan keamanan menjadi prioritas utama dalam menyediakan moda transportasi baik darat laut maupun udara.Â
Kereta dan kereta rel listrik atau KRL menjadi salah satu moda transportasi darat yang banyak digunakan masyarakat jabodetabek dan sekitarnya dan beberapa daerah lain di Indonesia.Â
Peminat moda transportasi ini terus meningkat dari waktu ke waktu selain berbiaya murah KRL juga cukup efektif dari sisi waktu dan jauh dari kemacetan.
Selain alasan tersebut banyak peraturan yang harus dipatuhi ketika naik KRL diantaranya tidak boleh makan minum di dalam KRL, tidak boleh merokok, tidak boleh berjualan dan sebagainya sehingga tercipta kenyamanan bagi para penumpangnya.
 Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu alasan mengapa menggunakan moda transportasi ini. Oleh karenanya setiap lapisan masyarakat dari semua golongan bisa menggunakan moda transportasi KRL.
Bagi yang sering menggunakan KRL sebagai alat transportasi hariannya mungkin sudah sangat paham dengan situasi dan kondisi serta fenomena yang terjadi di dalamnya, salah satunya adalah berebut tempat duduk terlebih jarak yang jauh dengan waktu saat orang-orang padat menggunakan KRL yang biasanya terjadi pada saat pergi atau pulang kerja.
Salah satu fenomena tersebut memunculkan "konflik batin" antara kebutuhan akan duduk atau merelakan tempat duduknya untuk penumpang yang lebih membutuhkan seperti penumpang lansia, ibu membawa bayi, ibu hamil dan penyandang disabilitas terlebih kursi untuk prioritas. Ditambah tiket kereta tanpa kursi (ticket without a seat).
Di sinilah nilai-nilai humanisme kita diuji yang pada akhirnya memunculkan dua kondisi tetap duduk atau merelakan untuk penumpang lain yang lebih membutuhkan.Â
Meskipun di KRL sendiri telah terpasang informasi terkait permohonan kesadaran untuk memberikan tempat duduk kepada penumpang yang lebih membutuhkan.Â
Secara hak dan kewajiban tidak ada yang salah memang untuk memilih tetap duduk dan tidak merelakan kursinya untuk orang lain karena pada dasarnya tiket kita adalah  a ticket without seat atau tiket tanpa tempat duduk lagi-lagi disinilah rasa humanisme salah satunya rasa empati kita harus dikedepankan dan rela berkorban demi penumpang yang lebih membutuhkan.