​
Pada manusa yadnya, misalnya adalah pada saat mepandes (potong gigi) dan pawiwahan (menikah). Keduanya memiliki anggaran biaya yang cukup besar karena banyak banten yang digunakan. Pada bhuta yadnya, contohnya adalah mecaru. Segala bentuk upacara memerlukan banten sebagai sarana pemujaan.
Pada era modern ini, banten tetap memiliki bentuk dan jenis yang bermacam dengan makna yang berbeda pula. Tidak hanya memiliki arti simbolik yang tinggi, makna atau filosofis dari banten juga tinggi. Banten memiliki unsur seni yang tinggi yang berpotensi menjadi daya tarik untuk wisatawan. Banten juga dapat menjadi ajang untuk meningkatkan persaudaraan dan solidaritas karena tidak jarang banten dibuat bersama-sama ketika ada suatu upacara. Banten sebagai bagian dari tradisi Hindu harus tetap dijaga kelestariannya walaupun zaman akan berubah dan waktu terus berjalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H