Hari raya Galungan adalah hari suci yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat Hindu. Segala hal yang berhubungan dengan perayaannya terasa menyenangkan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya rangkaian-rangkaian hari raya Galungan yang dirayakan dengan cara berbeda-beda di setiap daerah maupun di tiap keluarga. Termasuk keluarga saya yaitu keluarga Nugraha
Sesuai dengan judul yang saya lampirkan, saya akan membahas sedikit mengenai aktivitas yang dilakukan keluarga saya untuk menyambut hari raya Galungan yang terdiri dari beberapa rangkaian upacara.
Hari Raya Galungan dirayakan 6 bulan sekali yang jatuh pada  Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan). Galungan dimaknai sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Perayaan Hari Raya Galungan identik dengan penjor yang dipasang di depan rumah masing-masing sehingga seolah-olah terlihat seperti menghiasi jalan raya yang bernuansa asri dan indah dipandang.
Tentu saja setiap keluarga memiliki penjor masing-masing yang dibuat sendiri maupun dibeli. Tidak ada perbedaannya karena sama-sama mencirikan bahwa kita semua menyambut hari raya Galungan dengan sukacita. Beberapa penjor ada yang terlihat lebih besar dan mewah, ada juga yang terlihat sederhana namun tetap memiliki makna. Segala keindahan penjor yang beraneka ragam bentuknya membuat setiap keluarga tentunya memiliki ciri khas masing-masing untuk penjor yang mereka pasang.
Pada keluarga saya, ada sedikit perbedaan bentuk pejor di setiap tahunnya. Itu karena ayah saya membuat penjor dengan berinovasi sehingga tiap tahunnya, ia ingin membuat penjor yang lebih bagus dari tahun sebelumnya. Tidak ada ciri khas tertentu yang menjadi patokan keluarga saya dalam membuat penjor. Tetapi, tentunya selalu ada makna yang sama dari penjor sebagai lambang dari Naga Basukih yaitu kesejahteraan, kemakmuran , dan kebersihan maupun kesucian pikiran.
Aktivitas lainnya adalah membuat berbagai jenis makanan berbasis ayam maupun babi yang sangat enak. Ada berbagai jenis yaitu balung, babi goreng, babi kecap, jukut Nangka, sate ayam, tum ayam, dan tum babi. Berbagai masakan itu dibuat oleh keluarga saya dalam rangka menyambut hari raya Galungan. Terutama ayah saya yang sangat senang dalam hal masak-memasak yang  bisa dilihat dalam foto berikut.
Keseruan dalam membuat berbagai macam makanan tersebut juga memiliki makna sendiri bagi keluarga saya di mana dalam melakukannya tidak akan terasa lelah dan seringkali suasana menjadi sangat menyenangkan. Tradisi ini juga merupakan tradisi keluarga kesukaan saya.
Hari raya Galungan juga tidak lengkap tanpa adanya banten dan berbagai hiasan untuk pelinggih seperti lamak yang diartikan sebagai pijakan menuju kesejatian. Ornamen di dalam lamak juga dibuat sangat beragam sesuai dengan keinginan pembuat. Lamak dibuat dari janur yang dihias sedemikian rupa menjadi indah. Pelinggih yang belum dihias dan sudah dihias oleh lamak akan terlihat seperti foto berikut.
Pada saat hari raya Galungan, yang terpenting adalah untuk pulang kampung dan bersembahyang di sanggah lalu berfoto keluarga seperti yang selalu kami lakukan dari tahun ke tahun. Segala sesuatu yang dilakukan Bersama keluarga tentunya akan terasa lebih bermakna apalagi merayakan hari raya suci bersama-sama sehingga rasa kekeluargaan kami semakin erat.
Nama: Putu Ayu Kiranadewi Nugraha
NIM: 2118011047
Fakultas: Kedokteran
Program Studi: KedokteranÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H