Dengan rasa penasaran sekaligus harap-harap cemas apakah metode mereka bisa juga berhasil untuk saya, saya memulai latihan pertama.  Saya berjanji untuk  bertemu dengan guru renang di kolam renang. Namanya Nedi, masih sangat muda tapi untungnya sabar menghadapi murid penakut seperti saya.Â
Di awal pertemuan saya diberi orientasi tahap tahap belajar yang akan dilalui. Intinya saya belajar bagaimana cara bernafas di air, kemudian mengenal buoyancy (daya apung) dan meluncur, dilanjutkan mempelajari gerakan kaki tangan gaya katak sambil meluncur, dan di pertemuan terakhir saya belajar melakukan gerakan gaya katak yang berkesinambungan.
Bagi saya pelajaran termudah adalah belajar bernafas karena masih bisa dilakukan sambil berdiri di dalam kolam. Pelajaran berikutnya buoyancy dan seterusnya terasa sulit. Bukan karena gerakannya sulit dipelajari tapi karena saya terkungkung oleh rasa takut tenggelam. Meskipun saya tahu tinggi air kolam hanya sedada tetap saja saya masih merasa takut dan yakin bahwa saya akan tenggelam begitu tidak berpegangan.Â
Saat mulai belajar buoyancy, saya benar-benar harus memaksa diri untuk melepaskan pegangan di kolam. Didorong rasa sungkan pada guru renang yang sudah susah payah meyakinkan saya, akhirnya saya coba juga. Dan ternyata tidak seburuk yang dibayangkan. Saya bisa mengapung! Kuncinya adalah mengatur nafas dengan benar.
Meskipun sudah mulai berani melepaskan diri dari pinggir kolan, tapi kemajuan saya masih belum sesuai dengan target di sesi itu. Untungnya guru saya sabar dan punya trik untuk meyakinkan saya bahwa tenggelam di kolam tidak semudah yang saya pikirkan.Â
Salah satu triknya adalah dengan menyuruh saya untuk mencoba duduk di dasar kolam. Ternyata hal ini susah sekali dilakukan karena tubuh saya cenderung terdorong ke atas.Â
Hal inilah yang membuka pikiran bahwa sebenarnya tubuh manusia cenderung mengapung di air, jadi tenggelam itu tidak semudah yang saya bayangkan. Kesadaran ini membuat saya merasa sedikit lebih percaya diri meskipun rasa takut belum sepenuhnya hilang. Pelatih saya juga mengajarkan cara berdiri di kolam setelah meluncur, sehingga ketika terasa sudah kehabisan nafas, saya bisa berdiri  tanpa perlu panik takut tenggelam.
Dengan kesabaran dan berbagai trik dari pelatih untuk mengatasi sumber dari rasa panik dan takut tenggelam, akhirnya saya bisa berenang pada pertemuan keempat. Alhamdulillah, rasanya luar biasa. Senang sekali bisa merasakan pengalaman berenang meskipun hanya sejauh 3-4 meter. Â Tapi bagi saya itu sebuah prestasi besar, seperti dapat medali emas renang Olimpiade rasanya.
Meskipun sudah bisa berenang sedikit, tapi rasa takut tenggelam belum sepenuhnya hilang. Awalnya saya hanya berani berenang di sisi lebar kolam. Melihat kolam yang panjang penuh berisi air rasanya mengerikan. Seolah-olah saya akan tersedot ke dasar kolam. Tapi rasa takut itu semakin hari semakin terkikis seiring dengan seringnya saya berlatih dan meningkatnya kemampuan berenang.Â
Saya melanjutkan latihan sendiri setelah empat sesi itu berakhir karena merasa lebih mudah berlatih sesuai dengan waktu saya yang tersedia. Akhirnya setelah dua bulan berlatih sendiri dan melawan rasa takut, saya sudah merasa nyaman untuk berenang menyusuri sisi panjang kolam tanpa harus berada di dekat dinding kolam, yang biasanya saya jadikan pegangan ketika panik melanda. Â
Jarak tempuh saya masih sangat terbatas dan teknik renang masih banyak yang perlu diperbaiki, tapi saya sudah merasa sangat bahagia dengan keberhasilan ini. Stigma yang sudah berpuluh puluh tahun tertanam di pikiran saya akhirnya sirna. Sekarang saya bisa dengan bangga mengatakan kalau saya bisa berenang. Yaiyy!