(Cimahi, Oktober 2021)
Kampus Mengajar Perintis (KMP) 2020 merupakan salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Kegiatan ini berfokus pada asistensi mengajar selama pandemi yang dilakukan para mahasiswa di seluruh Indonesia di Sekolah Dasar (SD) sekitar tempat tinggal yang masih terakreditasi B atau C.
SD Kartika XIX-2 Kota Cimahi merupakan salah satu sekolah target dalam program KMP ini. Para mahasiswa UPI dan IKIP Siliwangi Cimahi berkolaborasi dalam membantu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) siswa, mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6.Â
"Tentunya saya mendapatkan banyak sekali pengalaman baru, bukan hanya di bidang pendidikan, tapi di bidang administrasi sekolah juga," ujar Jihan Alya, salah satu mahasiswi program KMP di SD Kartika XIX-2 Kota Cimahi.Â
Once, seorang siswa kelas 6, juga mengungkapkan bahwa ia senang bisa diajar oleh mahasiswa program KMP dan ingin lebih giat dalam belajar.
Kendala utama yang ditemui selama proses belajar daring adalah orang tua yang kurang "melek teknologi" karena faktor ekonomi, sehingga kegiatan belajar siswa kurang termonitor dengan baik.Â
Selama pandemi, masih banyak orang tua siswa yang tidak bisa bekerja dari rumah (Work From Home). Hal inilah yang menyebabkan anak kebingungan dalam mengikuti pembelajaran selama pandemi, karena tidak mendapat bimbingan secara langsung baik dari guru maupun orang tua.Â
Oleh karena itu, apabila keadaan memungkinkan, siswa diperbolehkan untuk hadir mengikuti pembelajaran kelompok (paling banyak 5 orang) yang waktunya fleksibel mengikuti situasi dan kondisi selama pandemi di Kota Cimahi. Dalam program KMP, siswa dibimbing untuk lebih memahami konsep dan praktek literasi dan numerasi.
Setelah hampir satu tahun program KMP di SD Kartika XIX-2 Cimahi berakhir, Ibu Atin Solihatin selaku kepala sekolah berbagi kisah dan pengalaman tentang pembelajaran selama pandemi ketika ditemui di hari Jumat (8/10/21).
Setelah program KMP di sana usai, ternyata masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran daring. Karena keterbatasan pengetahuan orang tua, ekonomi, dan peralatan elektronik yang tidak memadai untuk belajar, beberapa siswa jadi hanya bermain game, tidur, dan ada yang membantu orang tua berjualan.Â
"Karena orang tua bingung, jadi lebih baik anak ke sekolah saja supaya belajar. Orang tua bilang lebih baik anak saya ke sekolah diajar gurunya daripada di rumah aja,"Â ungkap Ibu Atin. Tidak bisa dipungkiri bahwa pembelajaran daring selama pandemi menyebabkan ketertinggalan pemahaman yang cukup signifikan bagi para siswa di Indonesia.Â
Diharapkan program Kampus Mengajar yang masih berlangsung di tahun ini dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman orang tua, para siswa, dan pihak sekolah akan pentingnya pendidikan dan pemahaman siswa selama mengikuti pembelajaran di masa pandemi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H