Tata nama suatu senyawa dan persamaan reaksi suatu senyawa merupakan suatu hal yang penting untuk dipelajari dalam pelajaran kimia, karena dengan adanya tata nama senyawa dan persamaan reaksi tersebut, kita dapat mengetahui senyawa kimia yang sering kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, hal ini juga akan membantu kita untuk mempelajari pelajaran kimia di kelas, dan pada saat melakukan praktikum kimia di laboratorium, yang dimana tentu saja tata nama senyawa dan persamaan reaksi ini tidak pernah lepas dari hal-hal seperti itu. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari materi ini dengan baik dan benar.
Mengenai tata nama senyawa, sudah tidak asing lagi bagi kita pada saat mempelajari kimia. Nah, jadi dalam tata nama senyawa ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu tata nama senyawa ionic, tata nama senyawa molekul, serta tata nama senyawa asam dan basa.
Pada tata nama senyawa melalui ionik ini merupakan tata nama senyawa yang berhubungan dengan ion yang terdapat pada suatu senyawa. Jadi banyak senyawa ionic tersebut merupakan senyawa biner (binary compound), yang berarti senyawa yang terbentuk dari dua unsur. Nah pada senyawa ionic ini biner ini, unsur pertamanya diberi nama kation logam yang diikuti dengan anion non logam, misalnya pada NaCl (natrium klorida).
Pada anion diberi nama dengan mengambil bagian awal dari nama unsur, yaitu klorin dan ditambah dengan “ida”, misalnya, yaitu KBr (Kalium Bromida), Zni2 (Seng Iodida), dan Al2O3 (aluminium oksida). Pada akhiran “ida” tersebut digunakan untuk gugus anion tertentu yang mengandung unsur berbeda, seperti hidroksida (OH-) dan sianida (CN-). Jadi, misalnya pada senyawa LiOH dan KCN diberi nama litium hidroksida dan kalium sianida.
Pada senyawa ini dan senyawa ionik lain disebut dengan senyawa tersier, yang berarti senyawa yang tersusun dari tiga unsur . Kemudian pada logam-logam tertentu, khususnya pada logam transisi, itu dapat membentuk kation lebih dari satu, contohnya, yaitu pada besi.
Besi (Fe) dapat membentuk dua kation, yaitu Fe2+ dan Fe3+, yang dimana pada kation tersebut dipakai untuk menunjukkan katon-kation berbeda dari unsur yang sama adalah dengan menggunakan angka romawi, yaitu I, II, III, dan seterusnya.
Pada angka romawi tersebut, misalnya pada I, itu menunjukkan bahwa terdapat satu muatan positif (kation), lalu pada II yang berarti terdapat dua muatan positif, dan III menunjukan bahwa terdapat tiga muatan positif (kation), dan seterusnya. Sehingga pada besi tersebut memiliki angka romawi berupa II dan III, yang berarti unsur besi (Fe) tersebut memiliki muatan positif dua dan muatan positif tiga, contoh: Fe(II) dan Fe(III).
Kemudian pada tata nama senyawa molecular, tidak seperti pada senyawa ionic, senyawa molekular ini mengandung unit-unit molecular yang terpisah. Sehingga pada senyawa ini biasanya tersusun dari unsur-unsur non logam. Banyak senyawa yang berbentuk biner, namun pada senyawa molekuler ini mirip dengan penamaan senyawa ionic biner.
Pertama-tama yang perlu dilakukan untuk melakukan penamaan senyawa molekul ini, yaitu menempatkan nama dari unsur pertama dalam rumus, dan sesudahnya unsur kedua diberi nama dengan menambahkan “ida” ke nama dasar unsur tersebut, Beberapa contohnya, yaitu sebagai berikut:
HCl (asam klorida)