Menyusun strategi untuk mengembangkan dan tanggung jawab lingkungan pada mahasiswa Vokasi
Pendidikan vokasi atau kejuruan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional
Memainkan peran yang sangat strategis bagi terwujudnya tenaga kerja yang
Terampil. Dari berbagai kajian bahwa peluang untuk memiliki pertumbuhan ekonomi
Yang tinggi dan berkelanjutan dari suatu negara akan semakin besar jika didukung Oleh SDM yang memiliki:
(1)pengetahuan dan kemampuan dasar untuk
Menyesuaikan diri dengan tuntutan dan dinamika perkembangan yang tengah
Berlangsung
(2)jenjang pendidikan yang semakin tinggi
(3)keterampilan keahlian Yang berlatar belakang ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek)
(4)kemampuan Untuk menghasilkan produk-produk baik dari kualitas maupun harga, mampu Bersaing dengan produk-produk lainnya di pasar global.
Berdasarkan data dari Badan Statistik Nasional (BPS) tahun 2011, terdapat
82,1 juta tenaga kerja Indonesia diisi kelompok unskill workers (pekerja yang tidak
Punya skill atau kompetensi di bidangnya). Kelompok unskill workers ini mayoritas
Adalah lulusan sekolah umum. Sedangkan kelompok di atasnya diisi skill workers
(pekerja dengan skill atau kompetensi dibidangnya) sebesar 20,4 juta orang. Serta
Komposisi teratas merupakan pekerja expert (ahli) dengan 4,8 juta orang. Melihat
Kondisi seperti ini Indonesia akan sulit bersaing dengan negara lain dalam era Globalisasi dan persaingan yang ketat sekarang saat ini maupun di masa yang akan Datang.
Berdasarkan kenyataan tersebut, menjadi tanggung jawab dunia pendidikan
Khususnya pendidikan vokasi untuk dapat menghasilkan lulusan yang kompeten.
Oleh karena itu kompetensi yang akan dikembangkan melalui proses pembelajaran
Harus merujuk pada kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri. Salah satu
Mata kuliah di perguruan tinggi yang sangat penting dan strategis untuk Pembentukan kompetensi adalah mata kuliah praktik. Oleh sebab itu dipandang Sangat penting untuk selalu meningkatkan mutu proses pembelajaran praktik.
Berdasarkan prasurvei yang telah dilaksanakan di industri manufaktur, diperoleh
Informasi bahwa proses pembuatan satu unit produk memerlukan kolaborasi (kerja
Sama) dari berbagai keterampilan (collaborative skill). Tanpa kerja sama yang baik
Maka hasil akhir dari produk yang diharapkan tidak dapat tercapai. Upaya untuk menanamkan sikap dan perilaku peserta didik terkait dengan
Kompetensi yang dituntut oleh dunia industri tersebut adalah dengan Mengembangkan model pembelajaran praktik melalui pendekatan collaborative skill.
Kuliah pada jenjang dengan gelar Diploma ini membekali kita dengan keahlian terapan atau keterampilan teknis yang diperlukan pada bidang pekerjaan tertentu. Maka dari itu lulusan Mahasiswa Vokasi Sufah dibekali oleh Pengalaman yang sudah siap terjun ke dunia Industri. Oleh karena itu Banyak dari Fakultas Vokasi adalah anak anak SMK karena relevan dengan pembelajaran yang mereka dapat saat sekolah Tetapi tidak menutup kemungkinan Bahwa anak SMA juga bisa melanjutkan pendidikan Vokasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H