Lambat laun, kangmas curiga. Aku tidak sadar kalau kangmas tiba-tiba sudah ada di depan pintu kamar papa, waktu itu aku naik ke atas kursi dan hendak memutar jarum jam untuk yang kesekian kalinya. Â "OOOOOOO... Pantesan dari tadi 15 menit wong jamnya di putar...sini kamu!". Teriak kangmas. Sontak saja aku kaget alias panik kuadrat. "Hehehe... iya nih..jamnya rusak". Jawabku seraya berlari menerobos kangmas.
Kangmas memegang lengan ku tapi aku berhasil lolos. Aku menjadi seorang pelari estafet yang hebat dan kabur dari kejaran kangmas yang berapi-api. Walau pada akhirnya pipiku menjadi korban cubitan. Sejak saat itulah setiap aku bermain game selalu ditunggui kangmas atau jam dinding di kamar papa di amankan agar tidak di putar balik jarumnya. Karena jam dinding itu yang dijadikan acuan waktu dalam bermain komputer. "Hati-hati..Ada Ayu si Pemutar Jam".
Cerita sekaligus pengalaman yang tak terlupakan. Walau sekarang semuanya sudah pada merantau tapi kenangan tak akan pernah merantau. Aku merindukan kebersamaan kita. Seperti dulu kita berada di satu atap. I love you kangmas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H