Aku memiliki 3 saudara laki-laki. 2 kakak dan 1 adik. Aku adalah anak ke 3 dan perempuan sendiri. Tapi bukan berarti aku diperlakukan paling sepesial oleh papa dan mama lho... semua diperlakukan adil.
Waktu itu aku masih kelas 3 SD. Pertama kalinya aku mengoprasikan komputer walau hanya sebatas bermain game PC saja. Begitu pula dengan ke-3 saudara ku. Aku dan mereka masih berkumpul bersama  dan salah seorang di antara kita masih belum ada yang merantau ke luar kota baik itu untuk kuliah ataupun berkerja. Semua masih kecil-kecil alias labil.
Setiap sehabis pulang sekolah kami berebut PC untuk bermain game. 1 PC untuk 4 anak dan tidak mungkin semuanya bermain berbarengan dalam waktu yang bersamaan. Masa satu anak pegang keyboard, satu pegang speaker, satu pegang mouse, dan satu lagi pegang monitor. Kan lucu. Jadi untuk menyiasati ini, maka kami sepakat untuk membatasi waktu main untuk satu anak 1 jam. Di mulai dari siapa yang pulang sekolah terlebih dulu.
Aku kadang sebal sama kangmas (kakak) ku yang pertama. Setiap aku bermain Wining Eleven (game sepak bola) hanya di batasi sampai 1 kali menang. Jika sudah menang satu kali berarti terhitung sudah 1 jam walau waktu sesungguhnya tidak sampai satu jam. Kan curang!. Lambat laun aku mulai mencium ke-bobrokan kangmas. Tanpa sadar inisiatif untuk membalas pun muncul.
Kangmas bermain bahkan 2 jam lebih sedangkan aku dan adik hanya menonton saja. Walau jam di ruang kerja papa sudah berdentang 2 kali, tetap saja kangmas bilang masih kurang 30 menit. Aku sudah mengadukan hal ini sama papa dan mama, walau begitu kangmas tetap saja masih bisa minterin aku.
Sekitar hari sabtu, aku dan adik pulang sekolah lebih pagi dari kangmas. Aku bergegas mengajak adikku bermain komputer sepuasnya sampai kangmas pulang. Adikku yang masih duduk di bangku TK kelas B itu berpihak pada rencana ku karena kita sama-sama senasib, sama-sama tertindas. Hanya saja dia masih tidak tau apa-apa tentang waktu yang telah di korupsi kangmas.
Kangmas biasa pulang sekolah SMA setelah dhuhur, Â jadi satu jam sebelum dhuhur aku matikan komputernya dan berpura-pura tidur siang sambil mendinginkan komputer yang sudah dipakai sehingga komputer tadi seolah-olah dingin dan belum di pakai. Rencana ku berhasil. Ketika kangmas pulang, aku terjaga dari tidur. Aku berlari menghampiri kangmas dan merengek minta di hidupkan komputernya. Kangmas tahunya aku tidak bisa menghidupkan komputer dan segalanya masih bergantung padannya. Tapi sebenarnya itu hanya akting saja. Aku sebal sama kangmas karena sok tahu ini itu dan aku tidak boleh mengutak-atik apapun dari komputer karena takut ada kerusakan.
Sesuai perjanjian, siapa yang pulang sekolah duluan dia yang berhak main komputer. Setelah kangmas menghidupkan komputer, aku mulai duduk di depan monitor dan memegang mouse siap untuk bermain. Walau hanya game house tapi sudah membuat aku bahagia. Aku tidak mau bermain Wining Eleven lagi. Karena game ini mencuri banyak waktu ku. Walau kangmas sudah menawari beberapa kali. Â Sudah sering aku mengalami ketidak puasan gara-gara game itu.
Waktu bermain ku kurang 10 menit lagi, aku dengan cepat memutar jarum jam di kamar papa kembali ke posisi semula ketika aku pertama kali memegang mouse. Aku lebihkan sedikit agar jam itu tidak berdentang. Ketika itu kangmas tidak ada di sampingku jadi aku leluasa bermain. Tiba-tiba kangmas datang, aku merasa gugup karena aku telah memutar jarum jam itu. Tapi aku tetap bersikap relaks seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Kangmas melihat ke arah jam dinding di kamar papa. Tanpa curiga sedikitpun kangmas bilang "Kurang 45 menit lagi" Â katanya kemudian berlalu. Aku hanya mengiyakan saja dan lanjut bermain. Dalam hati ku.. haha..ketipu dia.. aku yang pintar.. Begitu lagi.. ketika kurang 5 menit waktu main ku, aku putar balik menjadi 15 menit dan begitu seterusnya. Hingga aku tidak sadar aku bermain hampir lewat 2 jam lebih.
Waktu kangmas datang untuk ke 2 kalinya, kangmas melihat jam dinding itu namun tidak ada raut curiga di wajahnya. Kemudian aku bilang sama kangmas "Nanti kalo sudah waktunya habis aku panggil kangmas". Kangmas mengiyakan kemudian berlalu. Â Waktu itu aku innocent banget aku sengaja tidak memanggil kangmas walau waktunya sudah habis. Justeru aku memutar balik jarum jam itu. "Ayuu..tinggal berapa menit?", teriak kangmas dari ruang tamu. Aku jawab " 15 menit lagi". Dan begitu seterusnya.