Menurut Satwiko (2004:124) akustik dibagi dalam akustik ruang (room acoustics-bunyi yang dikehendaki) dan kebisingan (noise-bunyi yang tidak dikehendaki). Bunyi adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Â Tingkat kebisingan yang diijinkan dalam ruang kuliah Audio Visual sendiri adalah berkisar antara 80-94 dB. Apabila mencapai itu maka kebisingan yang terjadi tidak akan mengganggu dalam pencapaian maksimal fungsi ruangan tersebut.Â
Lokasi kegiatan adalah sebuah taman pendidikan Al-Qur'an yang berintegrasi dengan masjid As Su'Ada. Masjid ini merupakan masjid tertua di desa Krembung dan baru saja selesai direnovasi menjadi masjid yang besar dengan daya tampung yang semakin banyak. Karena sejarah tersebut banyak masyarakat yang mempercayakan putra putri nya untuk mengaji dan menimba ilmu agama di TPQ masjid tersebut. TPQ ini sangat strategis karena berlokasi di jalan besar P.G. Krembung. Untuk saat ini santri yang belajar disana berjumlah 95 anak dengan penambahan beberapa lulusan pada acara-acara tertentu. Ruangannya terdiri dari 2 Ruangan besar yang bisa disekat dengan partisi geser, 1 Ruangan besar serbaguna, dan 1 ruangan kepala.
                                                      Gambar 1.  Kondisi Ruang TPQÂ
Jaraknya yang cukup dekat dengan jalan besar, banyaknya santri yang belajar, kapasitas ruangan yang cukup besar membuat permasalahan audio dan akustik pada ruangan cukup penting, terutama banyaknya acara dan kegiatan keagamaan berlangsung hampir di tiap bulan. Melihat material yang digunakan dalam ruangan semuanya memiliki reaksi memantul dan menyebar tanpa adanya reaksi serap. Hal tersebut dapat terlihat dari material lantai keramik tanpa adanya karpet, dinding cat biasa dan jendela-jendela kaca apabila tertutup. Sedangkan dibandingkan dengan volume ruangan dan ketinggian plafon tentunya suara biasa diujung ruangan akan sulit terdengar oleh pendengar di ujung lainnya. Untuk itu dibutuhkan pengeras suara berupa sound system yang dapat mengakomodasi persebaran suara agar lebih efektif.Â
Pemilihan sound system yang tepat harus dapat terpenuhi. Beberapa kriteria yang dapat mengakomodasi kebutuhan dan mengatasi masalah dalam TPQ tersebut yakni:
- Sound system harus ringkas dan compact, karena kebutuhannya yang berpindah-pindah
- Tetap hidup walaupun tidak memakai kabel langsung, karena ada kemungkinan jauh dari power listrik dan mati lampu saat acara.
- Mampu menggunakan microphone bluetooth, agar mudah saat harus berpindah pindah tangan.
- Ringan, karena pengurus mayoritas perempuan.
- Yang terpenting suara lantang dan nyaman di telinga.
Sayangnya saat pengambilan data kondisi  jalanan cukup sepi disebabkan perbaikan jalan saat pengambilan data sample. Tidak seperti pada survey di awal suara kendaraan khususnya truk cukup mengganggu.
Pada beberapa kali sample diambil menggunakan aplikasi sound meter dengan kondisi kelas kosong, suara ustadzah berada di kisaran 63-73 dB hingga mencapai 80 dB saat suara ditinggikan. Hasil pengukuran tersebut hampir memenuhi kebutuhan ambang batas suara dalam ruang kelas. Sehingga dengan adanya pengeras suara terutama saat ruangan terisi penuh dengan santri sangat diperlukan.
Saat diluar ruangan juga suara riuh santri cukup keras yang menyebabkan suara ustadzah kurang dapat terdengar dengan baik. Dengan adanya pengeras suara atau sound system ini  para ustadzah dapat dengan mudah memandu para santri tanpa perlu mengeraskan suara lebih tinggi lagi.Â
Lebih lanjut dengan menambah banyak variable dan simulasi akan dapat memperdalam penelitian ini selanjutnya, terimakasih semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H