Saat musim hujan tiba, orang cenderung menggunakan kendaraan yang kira-kira tidak membuat dirinya kehujanan atau pulang palling akhir, menunggu hujan reda. Namun apa yang terjadi bila hujan datang saat menjelang orang pulang dari tempat kerjanya dan tidak ada kendaraan umum yang membuat diri kita nyaman?
Hari jumat tak lengkap tanpa macet apalagi di iringi dengan hujan deras, dan yang ada, dimana-mana selalu terjadi kepadatan. Tak terkecuali halte bus transjakarta seperti contohnya halte di sepanjang jalan Rasuna Said hingga di halte Kuningan barat (arah Pluit – Pinang Ranti) yang baru saja saya lewati. Kepadatan mulai terasa selepas waktu petang mulai menyapa. Antrian panjang sudah terasa sejak langkah saya memasuki tangga halte. Saat semua calon penumpang menunggu sambil ditemani oleh derasnya hujan, satu demi satu calon penumpang yang baru saja datang, mulai merapat.
Terjadi sedikit kegaduhan karena saling berdesakan antara penumpang yang turun dari bus dengan calon penumpang yang akan masuk. Akhirnya petugas ambil tindakan dengan membuat lorong tersendiri, berteriak meminta untuk calon penumpang laki-laki langsung mengambil pintu tengah dan belakang serta wanita langsung di pintu depan, sebagaimana peraturan yang sudah ditetapkan di dalam bus transjakarta bahwasanya wanita berada khusus di bagian depan.
Saat terjadi sedikit kegaduhan, tak banyak pula orang ingin mengabadikan lewat ponsel berkamera atau bahkan kamera digital yang dapat merekam setiap kejadian. Bahkan setelahnya, ada yang langsung dipasang sebagai profile picture di dalam ponselnya (seperti yang saya lakukan).
Akhirnya setelah menunggu sekitar 1,5jam, bus saya datang dan membawa saya serta. Namun, ternyata penderitaan itu belum berakhir. Di dalam bus sendiri, saya tidak mendapatkan tempat untuk bergantung yang sudah disediakan oleh pihak bus transjakarta.
Dengan sedikit bersabar, saya tidak pegangan apapun hingga akhirnya, saat bus mengerem mendadak, badan saya yang besarpun menimpa deretan perempuan yang tangannya sedang bergantungan. Namun mereka tidak marah, justru membantu saya untuk berdiri. Kata salah satu penumpang, hal ini sudah sering dia dapatkan setiap kali pulang dari tempat kerjanya. Sudah resiko lanjutnya, dan biasanya sedikit dapat kelengangan saat bus tiba di suatu tempat yang tidak jauh dari pangkalan.
Saya tiba di tempat tinggal saya pukul 20.56 wib setelah berjuang di tengah para calon penumpang bus Transjakarta jurusan Pluit – Pinang Ranti dari jam 19.30 wib.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H