Hai semuanya, kembali lagi dengan analisa aku soal lagu-lagu di album Folklore!
Salah satu lagu di album folklore yang baru aku tandai sebagai favorit aku dari diskografi Taylor, iya dia adalah mirrorball. Aku merasa mudah buat aku menyukai lagu dengan musik yang catchy di saat pertama kali mendengarnya, dan mirrorrball awalnya ga masuk dalam kategori itu. But, recentlyy aku ngerasa kayak life sucks banget, dan ketemu potongan liriknya di autobot lirik di twitter gitu yang aku abadiin jadi judul tulisan aku kali ini. "I've never been a natural, all I do is try try try". Hopeless, sadness dan semua yang ingin disampaikan lirik ini sangat in line sekali dengan yang aku rasain sekarang. Oke kalau gitu kita langsung bedah lirik liriknya yaa, tapi kali ini aku pilih lirik-lirik tertentu ya!
Kenapa mirrorball? Jadi dalam dokumenter Folklore Taylor kepikiran nulis lagu ini setelah dia liat mirrorball alias lampu disko yang ada di floor dance gitu. Kalau diliat lampu disko itu kayak cermin kan dan setiap anglenya itu pasti bakal merefleksikan bayangan yang berbeda beda. Nah Taylor pakai sifat lampu disco itu sebagai metafora untuk orang orang kayak kita, aku, kamu dan siapapun yang selalu berusaha buat ubah ubah personality supaya bisa fit in di circle circle tertentu.
I want you to know
I'm a mirrorball
I'll show you every version of yourself tonight
I'll get you out on the floor
Shimmering beautiful
And when I break it's in a million piecesÂ
Dalam verse ini, Taylor menggambarkan bahwa karakter mirrorball akan membawa kamu ke lantai dansa dan bersinar dengan cantik untuk menghiburmu. Break in a million pieces, sekalinya hancur, bakalan hancur sehancur hancurnya. Line ini mungkin opposite dari line sebelumnya, meskipun di satu sisi bisa jadi 'penghibur', tapi juga punya sisi lain yang sekalinya hancur beneran sehancur-hancurnya.
Hush
When no one is around, my dear
You'll find me on my tallest tiptoes
Spinning in my highest heels, love
Shining just for youÂ
Hush
I know they said the end is near
But I'm still on my tallest tiptoes
Spinning in my highest heels, love
Shining just for you
Dalam bagian ini Taylor deskripsiin kalau seorang mirrorball meski di tempat yang ada siapa siapa akan selalu buat usaha terbaiknya untuk menunjukkan ke karakter 'you' ini, bisa jadi pacar, teman, orang tua atau siapapun yang jadi tujuan si mirrorball. You'll find me on my tallest tiptoes (Kau akan menemukanku pada jinjit terttinggiku), Taylor menggunakan kiasan seorang penari balet, jadi ibaratnya kita yang berusaha keras ini sama seperti seorang penari balet yang berusaha ada pada jinjit tertingginya ketika menari. Spinning in my highest heels, love ( Berputar di heels terttinggiku, sayang), ini juga metafora dengan makna yang sama, ibaratnya penari, penyanyi atau siapapun yang kerjanya pakai heels mereka melakukan yang terbaik dengan terus berputar di atas heels tertinggi mereka. Biar apa? Biar bisa terus bersinar hanya untukmu.
Lantas maksud dari "I know they said the end is near" apa? Secara literal, beberapa orang di genius (aplikasi soal arti/makna lirik) menganggap kalau lirik ini menggambarkan keadaan Taylor di tahun sebelum album Reputation rilis, dimana banyak yang nyebut kalau itu adalah akhir dari karirnya Taylor, tapi meskipun semua orang bilang gitu, Taylor tetap berusaha keras, dalam hal ini buat lagu ya karena itu adalah passionnya dia yang tujuannya adalah menyenangkan fansnya. Selain itu ada juga yang beranggapan kalau lirik ini itu gambaran soal pandemi covid kemarin yang mengakibatkan banyak kematian kan dan Taylor mau nunjukkin bahkan di tengah dunia yang ibaratnya udah dekat sama akhir, Dia masih berusaha buat musik yakni dengan rilis album Folklore dan Evermore.
I want you to know
I'm a mirrorball
I can change everything about me to fit in
You are not like the regulars
The masquerade revelers
Drunk as they watch my shattered edges glistenÂ
Aku bisa merubah apapun tentangku to fit in (mencocokkan diri). Pasti banyak yang relate yaa. Kita pasti punya banyak versi diri yang kita simpan untuk tiap tiap orang. Di depan keluarga kita bisa jadi A, di teman yang ini kita bisa jadi B, dll. Luar biasa kannn kita. Lirik ini juga mencoba meyakinkan bahwa kita bukanlah orang yang biasa biasa, meski kenyataannya kita ini adalah average. Masquerade reveleres punya makna orang orang yang menikmati pesta topeng. Dalam dua baris terakhir Taylor menggambarkan bagaimana orang orang di pesta topeng ini menonton mirrorbal yang menghibur bahkan hingga my shatteres edges glisten (tepiku yang hancur berkilau).
And they called off the circus (Dan mereka membatalkan sirkus)
Burned the disco down (Membakar disko iti)
When they sent home the horses (Ketika mereka mengirim kuda kuda kembali ke rumah)
And the rodeo clowns (Dan badut rodeo)
I'm still on that tightrope (Aku masih di atas tali tegang itu (tali yang direntang)
I'm still trying everything to get you laughing at me (Aku masih mencoba apapun untuk membuatmu tertawa di hadapanku)
Sirkus yang dibatalkan dan disko yang dibakar  jadi analogi gimana pandemi mengakibatkan konser-konsernya Taylor dibatalin waktu itu. Ini juga udah dikonfirm Taylor dalam dokumenter folklore. Kuda-kuda dan badut rodeo sendiri masih berkaitan dengan pandemi yang memaksa orang orang harus stay at home karena kebijakan lockdown. Taylor bilang lirik di bagian ini ditulis tepat setelah Taylor tau kalau konser dia dibatalin. Taylor nambahin kalau lockdown itu sebenarnya bisa jadi excuse buat dia diam aja ga ngapa ngapain, tapi dia memilih untuk tidak diam. Itu kenapa dia bilang I'm still on that tightrope, kalau dia masih berusaha melewati rintangan dan kesulitan. I am still trying everything, kalau dia tetap nulis lagu lagu yang akhirnya jadila album folklore dan evermore yang begitu indahhh ini untuk menyenangkan orang orang.
Meskipun Taylor nulis ini dengan perspektif dirinya sendiri, tapi aku yakin orang orang tetap bisa memaknai ini sesuai dengan keadaan masing masing. Buatku pandemi itu sucks banget. Aku di rumah aja, di kampung halaman masih semester 2 kuliah, ga punya teman yang bener bener saat itu, jadinya aku diam aja ga ngapa ngapain. Sekarang aku baru ngerasa nyesel, kenapa ya aku ga ambil keputusan kayak Taylor, meskipun pandemi bisa jadi excuse kemunduran saat itu, tapi kenapa aku ga pilih buat maju dan mencoba serta explore banyak hal? Sekarang setelah tamat aku ngerasa belum siap, aku ngerasa aku masih terjebak di umur 19 tahun dan menolak menerima realita, dan masih menolak kalo aku dah 21 tahun sekarang.
I'm still a believer but I don't know why (Aku masih percaya tapi aku tidak tau mengapa)
I've never been a natural (Aku tidak pernah alami)
All I do is try, try, try (yang kulakukan hanyalah coba, coba dan coba)
I'm still on that trapeze (Aku masih di atas rekstok gantung)
I'm still trying everything
To keep you looking at meÂ
Dan ini adalah favorit aku. I am still a believer, bisa dimaknai dalam arti religius kayak misalnya aku sendiri ngerasa, setelah berbagai kegagalan dan kegalauan yang aku lalui saat ini, sebanyak itu aku meminta ke Tuhan tapi belum dikasih, masih ada bagian dalam diriku yang percaya kalau ini semua rencana Tuhan. Mungkin Tuhan mau kasih aku yang itu bukan yang ini. Masih aja percaya, aku pun ga tau kenapa. Aku ngerasa itu yang coba disampaikan lirik ini.
I've never been a natural, pernah ga sih merasa kalau kita nih kayak medioker gitu lo, kita bisa di banyak hal tapi ga yang bener bener expert gitu di satu bidang, jatuhnya kayak average di semua bidang. Nah ini yang pengen dibilang dalam lirik ini. Bahwa si mirrorballl ini sejak dari sananya (secara alami) ga punya bakat tertentu tapi dia tetap coba, coba dan coba. On that trapeze maksudnya apa? Di bridge ini Taylor banyak menggunakan istilah dalam sirkus, kayak tadi tightrope (tali tegang yang digantung), kan ada tu di sirkus yang orang berjalan di tali tegang. Nah, trapeze ini orang yang mengayun ayun gitu di udara dengan bergantung di trapeze ini (bisa liat di google yaaaa wkwk, bingung jelasinnya.
Because I'm a mirrorball
I'm a mirrorball
I'll show you every version of yourself
TonightÂ
Pada akhirnya, saat ini aku mengklasifikasikan diriku sebagai mirrorball girl wkwk. Aku selalu ngerasa ga cukup hebat, average laa, tapi aku tetap pengen keluar dari perasaan itu. Jadi aku selalu mencoba, mencoba dan mencoba. Meskipun sampai hari ini belum keliatan hasilnya, sialnya aku masih percaya bahwa "hari itu" pasti bakal datang, semoga ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H