Mohon tunggu...
AYU DITA WULANDARI
AYU DITA WULANDARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Computational Thinking

24 Mei 2024   11:57 Diperbarui: 24 Mei 2024   12:11 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hasil Diskusi secara umum : 

Computational thinking adalah cara berfikir dalam menyelesaikan masalah berdasarkan konsepkonsep komputasional. Terdapat 4 fondasi CT yang dapat diterapkan dalam segala aktivitas kehidupan sehari-hari, yaitu dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma. Pada dasarnya berfikir menggunakan CT dapat memberikan kemudahan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang kita hadapi.

Contoh hal atau persoalan zaman sekarang yang tidak memakai "komputer", TIK, dan robot tapi membutuhkan CT. 

1. Berangkat kuliah dari Sragen ke Sukoharjo. 

2. Managemen waktu. 

3. Mengajari anak-anak penjumlahan melalui permainan kelereng.  

Penerapan fondasi CT dalam kehidupan sehari-hari

1. Berangkat kuliah dari Sragen ke Sukoharjo: Saya sebagai mahasiwa PPG Prajabatan yang berangkat dari Sragen ke Sukoharjo setiap hari harus mengatur pemberangkatan dengan sistematis agar saya dapat sampai ke kampus dengan tepat waktu. Proses berfikir CT yang dapat diterapkan dalam persoalan ini adalah :

  • Dekomposisi : dalam persoalan ini saya memecahkan persoalan seperti: 

- Apakah akan menggunakan transportasi umum atau kendaraan pribadi 

- Pukul berapa bus arah Sukoharjo berangkat, 

- Apakah sudah mengecek kesiapan transprotasi yang dipakai, 

- berapa uang yang akan dibwa untuk melakukan perjalanan sragen sukoharjo, 

- Berapa lama waktu yang digunakan untuk perjalaan sragen-sukoharjo, 

- Barang apa yang akan dibawa, 

- Pukul berapa akan berangkat, dan 

- Akan melewati jalur yang mana.

  • Pengenalan pola : 

- Mengamati rute perjalanan yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya mencatat waktu keberangkatan, waktu tiba, dan rute yang diambil. 

- Menyadari bahwa rute tertentu lebih cepat pada waktu-waktu tertentu atau bahwa moda transportasi tertentu lebih dapat diandalkan.

  • Abstraksi : 

- Fokus pada faktor utama seperti waktu keberangkatan, moda transportasi, dan rute utama. Misalnya, saya memilih menggunakan transportasi sepeda motor atau kendaraan pribadi karena efesien waktu dan juga sepeda motor dapat digunakan saat kuliah dan PPL. 

  • Algoritma : Saya dapat menyusun Langkah-langkah pemberangkatan seperti : 

- 19.00 : memperiksa kesiapan sepeda motor seperti tab oli. 

- 19.45 : mengisi bensin 

- 20.00 : menyiapkan semua barang yang akan dibawa. 

- 21.00 : istirahat. 

- 04.45 : mandi dan shalat subuh. 

- 05.15 : sarapan. 

- 05.30 : memanaskan sepeda motor. 

- 05.45 : berangkat. 

- 08.0 sampai di kampus.

2. Managemen waktu: Saya sebagai mahasiswa PPG Prajabatan dengan banyak tugas dan kegiatan yang dilakukan saat perkuliahan harus dapat mengelola waktu secara sistematis dan terstruktur agar tugas LMS, kegiatan PPL, penyusunan modul ajar dan asesmen dapat berjalan dengan maksimal tanpa menganggu waktu istirahat dan kegiatan diluar perkuliahan. Proses berfikir CT yang dapat diterapkan dalam managemen waktu adalah : 

  • dekomposisi: dalam managemen waktu, pemecahan persoalan bisa diaplikasikan dengan membuat jadwal harian. Pemecahan persoalan dapat dilakuakn dengan memeta-metakan tugas menjadi lebih kecil, seperti persoalan yang saya hadapi sendiri saaat ini ketika mengikuti perkuliahan PPG Prajabatan. Maka saya dapat membuat jadwal harian dengan mencatat waktu untuk mengerjakan tugas LMS, waktu mengerjakan tugas PPL 2, waktu istirahat, dan waktu beribadah. 
  • Pengenalan pola : pengenalan pola waktu berarti melihat kapan kita paling produktif. Misalnya saya pribadi menyadari bahwa malam hari adalah waktu dimana saya dapat mengerjakan tugas dengan fokus dan efisien 
  • Abstraksi : dalam managemen waktu kita dapat membuat rencana pengerjaan tugas dalam satu topik. Misalnya, saya pribadi selalu membuat catatan tugas LMS sesuai topik dan tenggang waktu pertemuan. Dengan begitu saya dapat lebih fokus untuk menyelesaikan satu topik pada waktu yang sudah ditentukan, sehingga ini akan membantu saya dalam mengelola waktu dengan lebih efektif. 
  • Algoritma : dalam managemen waktu kita dapat membuat rencana untuk memprioritaskan tugas-tugas. Misalnya saya pribadi selalu menyempatkan diri untuk membuat semacam list tugas berdasarkan skala prioritas dan urgensi tugas tersebut. Dengan car aini saya dapat fokus menyelesaikan tugas yang paling penting dan mendekati deadline sebelum beralih ke tugas-tugas berikutnya.

3. Mengajari anak-anak penjumlahan melalui permainan kelereng:  

  • Dekomposisi: Memecah konsep penjumlahan menjadi langkah-langkah kecil yang dapat dipahami. 

- Minta anak-anak untuk menghitung jumlah kelereng di satu kelompok. 

- Minta anak-anak menghitung jumlah kelereng di kelompok kedua. 

- Ajarkan anak-anak untuk menggabungkan kedua kelompok kelereng. 

- Hitung total jumlah kelereng dari kedua kelompok yang digabungkan. 

  • Pengenalan pola: Mengidentifikasi pola dalam hasil penjumlahan. 

- Beri anak-anak berbagai kombinasi jumlah kelereng, misalnya, 2 kelereng ditambah 3 kelereng, 4 kelereng ditambah 1 kelereng, dan seterusnya. Biarkan mereka menghitung hasilnya. 

- Anak-anak akan mulai mengenali bahwa kombinasi tertentu selalu menghasilkan jumlah yang sama (misalnya, 2 + 3 selalu menghasilkan 5), sehingga mereka bisa melihat pola dalam hasil penjumlahan. 

  • Abstraksi: Menyederhanakan konsep penjumlahan dengan menggunakan kelereng sebagai representasi angka. 

- Gunakan kelereng sebagai pengganti angka. Misalnya, berikan 2 kelereng di satu kelompok dan 3 kelereng di kelompok lain, lalu gabungkan untuk menunjukkan bahwa hasilnya adalah 5 kelereng. 

- Anak-anak fokus pada konsep penjumlahan dengan memanipulasi kelereng tanpa harus memahami notasi angka terlebih dahulu. 

  • Algoritma: Mengajarkan langkah-langkah yang jelas dan terstruktur untuk melakukan penjumlahan. 

- Ambil sejumlah kelereng dari tumpukan pertama. 

- Ambil sejumlah kelereng dari tumpukan kedua. 

- Gabungkan kelereng dari kedua tumpukan. 

- Hitung total jumlah kelereng yang telah digabungkan. 

- Anak-anak belajar mengikuti urutan langkah-langkah ini untuk menyelesaikan masalah penjumlahan dengan benar setiap kali. 

Jawaban yang Sudah Tepat

  • Pada contoh dekomposisi menyelesaikan soal perhitungan sudah tepat dengan memecahnya menjadi beberapa Langkah perhitungan dan contoh abstraksi perjalanan dari sukoharjo ke semarang juga sudah tepat dengan fokus pada solusi dari persoalan. 
  • Pada contoh dekomposisi dan algoritma pergi kuliah dari sragen ke sukoharjo sudah tepat dengan membagi persoalan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan agar dapat menyusun Langkah-langkah atau jadwal pemberangkatan dari sragen ke sukoharjo secara efektif. 
  • Pada contoh dekomposisi, pengenalan pola, dan abstraksi managemen waktu sudah tepat dengan memeta-metakan waktu pengerjaan tugas, kemudian mengenali pola waktu yang paling produktif serta menyelesaikan satu topik pada waktu yang sudah ditentukan.

Jawaban yang Kurang Tepat 

  • Pada contoh abstraksi pergi kuliah dari sragen ke sukoharjo, terdapat unsur-unsur dekomposisi dengan memeta-metakan persoalan dalam bentuk pertanyaan. Sebaiknya pada fondasi abstraksi pergi kuliah ini bisa dengan membuat list pemberangkatan agar fokus pada barang apa saja yang akan dibawa dan jalur mana yang akan dipilih. Kemudian pada contoh pengenalan pola masih kurang tepat, sebaiknya dapat dilakukan dengan mengenali pola jalur dan tingkat kepadatan untuk menuju sukoharjo agar dapat terhindar dari jalan yang macet. 
  • Pada contoh algoritma managemen waktu, terdapat unsur pengenalan pola juga dengan mengenali pola tingkat kesulitan tugas agar dapat memprioritaskan tugas-tugas yang membutuhkan waktu lam dalam pengerjaannya. 
  • Pada contoh mangajari anak-anak penjumlahan melalui permainan kelereng, mengajarkan anak-anak untuk hanya menghitung kelereng satu per satu tanpa membagi proses penjumlahan menjadi langkah-langkah yang lebih kecil. 

Tanggapan dari Kelompok Lain:

  •  Apa contoh penerapan jawaban CT yang kurang tepat? 

Contoh: Menyiram Tanaman 

- Dekomposisi: Menyiram tanaman tidak memerlukan pemecahan tugas menjadi langkah-langkah kecil karena prosesnya cukup sederhana dan langsung, hanya perlu mengambil air dan menyiram tanaman. 

- Pengenalan Pola: Aktivitas ini tidak membutuhkan pengenalan pola yang kompleks. Meskipun mungkin ada pola penyiraman tertentu (misalnya, setiap pagi), pola ini tidak memerlukan analisis atau identifikasi lebih lanjut. 

- Abstraksi: Tidak ada detail yang perlu disederhanakan atau diabaikan dalam menyiram tanaman. Aktivitas ini sudah cukup jelas dan tidak melibatkan banyak variabel. 

- Algoritma: Menyiram tanaman tidak memerlukan serangkaian langkah logis yang rumit, hanya perlu melakukan beberapa langkah sederhana tanpa urutan khusus yang harus diikuti secara ketat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun