Mohon tunggu...
ayu diah cempaka
ayu diah cempaka Mohon Tunggu... -

I'm a school journalist and an amateur filmmaker :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pertemuan

11 Oktober 2010   07:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:32 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika kau diijinkan kembali pada sebuah kenangan yang telah lama tertinggal, maka mintalah untuk kembali ke saat dimana kau mulai mengenalku. Sebab aku pun ingin mempelajari dan mengulang segala kesalahan yang indah, dari hari ke hari, waktu ke waktu, musim ke musim. Hinga kita terpisah, saling melupakan dan terlupakan. Bahkan waktu pun tak mencoba untuk mempertemukan kita ke dalam dunia yang baru. Masihkah terlintas di ingatanmu apa jawaban dari pertanyaan ‘mengapa ikan - ikan berloncatan sepanjang sungai?' Ikan - ikan yang berlompatan, sama seperti kita yang mencoba mencari dunia baru. Yang jenuh dengan sesaknya samudera. Hingga ada hati untuk berlari dan bermimpi mencapai langit dengan warna biru yang senada dengan rumahmu, lautan. Namun pada suatu ketika, pada sebuah waktu yang sesungguhnya telah kita pikirkan sebelumnya, kita akan menyadari bahwa tak seorang pun punya tempat yang sama. Dimana hujan menjatuhkan kita dengan riaknya, maka disanalah kau akan melewati segala musim dengan sekawanan dingin atau lekat panas.

Jika ada seseorang yang meletakkan secangkir kesempatan di antara bangku - bangku taman, sudikah kau menyelinap dan diam - diam meneguknya barang sedikit saja. Dan saat itu, seperti dunia fantasi kita, langit akan berubah merah, tubuhmu berputar tegak searah dahan yang rindang. Angin melingkar di antara jemarimu, dan dengan menggenggam tanganmu sendiri, kau akan mendapat sebuah kesempatan untuk mengucap permintaan. Jika khayalan itu benar - benar terwujud, pintalah untuk bertemu denganku lagi. Aku ingin menghafal raut wajahmu yang selalu berdesis ketika menghirup udara dalam - dalam. Juga bagaimana kau tersenyum dalam waktu kurang dari 4 detik, begitu istimewa bagiku.

Kau tahu, aku kini tengah mempelajari caramu menginjak - injak daun - daun kering di halaman rumah. Dan kau benar, ini sangat menyenangkan. Seolah kau mendengar nafas terakhir daun - daunan, atau sama seperti kau memperhatikan bocah kecil menggigit kripik kentangnya.

Jika kau adalah dewa, pintalah pada Tuhan untuk dapat menemuiku sekejap saja. Sebab ada beberapa hal yang belum sempat kuutarakan. Aku tak ingin mengatakan bahwa aku tak suka kau bertemu Tuhan dalam waktu yang lekas, bukan itu. Melainkan aku ingin menagih janjimu. Untuk mengajariku cara menemukan kebahagiaan dan memberikan kebahagiaan pada seseorang. Karena aku ingin mencobanya sekali lagi. Kau tahu, aku tak ingat bagaimana cara untuk bahagia, sejak kau pergi diam - diam menghadap Tuhan. Dan sekali lagi, untuk terakhir kalinya, mintalah pada Tuhan untuk bertemu denganku.

Sekali saja.

Mei, 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun