Mohon tunggu...
Ayub Wahyudin
Ayub Wahyudin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Bukan Anak dari Trah Ningrat, Maka Menulis untuk menjadikan Hidup Lebih Bermartabat!!

Penulis Buku Bajik Bijak Kaum Sufi, Pemuda Negarawan, HARMONI LINTAS MAZHAB: Menjawab Problem Covid-19 dalam Ragam Perspektif. Beberapa tulisan opini terbit di Kompas.id, Koran Tempo, Detik.com, Republika.id, serta beberapa tulisan di jurnal Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Planetarium UIN Walisongo Terbesar di Asia Tenggara: Bukti Teknologi dan Merawat Tradisi Keilmuan

22 Agustus 2024   06:29 Diperbarui: 22 Agustus 2024   07:21 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Teknologi adalah jembatan menuju masa depan, tetapi tanpa budaya sebagai fondasinya, kita kehilangan arah dalam perjalanan itu." (Penulis)

Planetarium UIN Walisongo yang disebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara bukan hanya menjadi kebanggaan bagi Indonesia, tetapi juga simbol penting dalam menggabungkan teknologi modern dengan warisan tradisi keilmuan Islam. Sebagai bagian dari universitas yang mengakar kuat dalam tradisi intelektual Islam, kehadiran planetarium ini merepresentasikan usaha UIN Walisongo untuk menjembatani antara ilmu pengetahuan modern dengan pemahaman keagamaan yang mendalam.

Teknologi planetarium ini memungkinkan mahasiswa dan masyarakat umum untuk menjelajahi alam semesta, dari planet-planet di tata surya hingga galaksi yang jauh. Pengalaman visual yang disajikan di sini memanfaatkan teknologi canggih untuk menciptakan simulasi langit malam yang realistis. Hal ini tidak hanya menambah daya tarik pembelajaran astronomi, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kebesaran ciptaan Tuhan, yang sejalan dengan keyakinan dalam Islam bahwa alam semesta adalah tanda-tanda kebesaran-Nya.

Namun, lebih dari sekedar inovasi teknologi, planetarium ini juga berperan dalam merawat dan menghidupkan kembali tradisi keilmuan Islam yang memiliki sejarah panjang dalam studi astronomi. Selama berabad-abad, ilmuwan Muslim telah menjadi pelopor dalam bidang ini, seperti Al-Battani dan Al-Zarqali, yang karyanya menjadi dasar bagi perkembangan astronomi modern. Planetarium UIN Walisongo, dalam konteks ini, bukan hanya fasilitas modern, tetapi juga sebuah lembaga yang menghidupkan kembali semangat ilmiah yang pernah menjadi ciri khas peradaban Islam.

Melalui program-program yang ditawarkan di planetarium ini, UIN Walisongo memiliki kesempatan untuk mengintegrasikan antara studi ilmiah dan nilai-nilai spiritual yang selama ini menjadi fondasi pendidikan Islam. Ini adalah langkah penting dalam merawat tradisi keilmuan Islam, di mana ilmu pengetahuan dan agama bukanlah entitas yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi.

Dengan demikian, kehadiran planetarium ini tidak hanya menegaskan peran UIN Walisongo dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di tingkat regional, tetapi juga sebagai penjaga dan penerus tradisi keilmuan Islam yang kaya. Menggabungkan teknologi modern dengan nilai-nilai tradisi keilmuan ini merupakan langkah yang visioner dan strategis dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak secara spiritual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun