Mohon tunggu...
Ayub Wahyudin
Ayub Wahyudin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Bukan Anak dari Trah Ningrat, Maka Menulis untuk menjadikan Hidup Lebih Bermartabat!!

Penulis Buku Bajik Bijak Kaum Sufi, Pemuda Negarawan, HARMONI LINTAS MAZHAB: Menjawab Problem Covid-19 dalam Ragam Perspektif. Beberapa tulisan opini terbit di Kompas.id, Koran Tempo, Detik.com, Republika.id, serta beberapa tulisan di jurnal Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Takwil Lakon Gareng

20 Agustus 2023   08:39 Diperbarui: 20 Agustus 2023   09:01 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kita perlu teladan untuk menciptakan suasana kondusif?. Saat, "goreng peristiwa" menjadi arena perdebatan yang tak terkendali, perlukah Gareng diguratkan ulang dalam pitutur atau wejangan dalam dunia nyata dan maya. Mengapa demikian?, Sosok Gareng dalam tokoh punakawan yang berkaki pincang, memiliki arti sanepa yakni kawula yang selalu berhati-hati dalam bertindak, terutama untuk menghargai sesama, atau melepaskan nafsu angnkara, agar dapat berfikir positif.

Simbol Hidung besar menunjukan pada kepandaian dan tajam penciumannya, ia menyesuaikan pandangan atau cara berpikir secara komprehensif yakni atas, kesamping yang berarti bahwa dalam melihat sesuatu persoalan Nala Gareng tidak hanya melihat apa yang dilihat di depannya, artinya tak mudah menilai salah, apalagi suka "goreng peristiwa" atau berprasangka (dzan). Ia memperhatikan secara seksama situasi dikanan dan kirinya disebut dengan lambing ketelitian

Sementara, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Matanya yang juling dianggap sebagai tanda bahwa kini dia tidak tergoda oleh nafsu kekuasaan atau duniawi. Gareng digambarkan memiliki sifat pamomong atau mudah bergaul, meneliti dan memahami maksud juga mengasuh. Gareng teguh ketika membela yang benar. Seringkali memberikan petuah-petuah bijak yang kaya akan nilai filosofis kepada para ksatria Pandawa meskipun nasehat tersebut meriwayatkan kembali dari tokoh lain misalnya semar.

Meskipun sekedar tokoh pewayangan, namun telah lama menginsprirasi masyarakat kita yang memiliki ragam pegetahuan, ragam  tradisi dan budaya. Mengubah cara pandang "goreng" merefleksikan simbol Gareng dalam kehidupan maya dan fakta diperlukan untuk mendukung dialektika komunikasi yang baik antar sesama umat manusia. Kehati-hatian dalam bertindak, menyampaikan gagasan dan sebagainya.

Referensi Tambahan

Abi Ishaq al-Syatibi, Al Muwafaqat fi Ushul al Ahkam, Muhammad Hasnain Makhluf (ed.), (Bairut: Dar al-Fikr,tt)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun