Multitasking
Duduk dengan menyender di kursi, mata fokus pada layar, tangan mengarahkan kursor, dan jari mengetik dengan iramanya. Walaupun diitemani rasa lelah, namun itu bukan alasan baginya untuk tetap bekerja sebaik-baiknya. Selain bekerja dengan mengajarkan ilmu kepada anak muridnya di dalam kelas di suatu sekolah menengah atas, hampir setiap harinya laptop yang terus dialiri listrik melalui charger-an, mouse laptop dengan lampu yang menyala berkedip, dan koneksi internet menjadi saksi bisu teman setia seorang multitasking.
Jalaludin, pria kelahiran Sukabumi 10 Desember 1987 yang saat ini menjadi guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Sukabumi mampu menjadi inspirasi bagi teman sejawatnya. Pasalnya dia mampu  untuk menjalankan "tugas ganda" yang artinya dia dapat benar-benar bisa membuka dua tugas atau lebih secara bersamaan padahal dia tercatat hanya menjadi satu profesi yaitu seorang guru. kemampuan unik inilah yang kita sebut Multitasking.
Jalaludin si Multitasking
Sebanyak 2.880 menit setiap minggunya dia habiskan waktu untuk mengajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di kelas XII, dan Mengajarkan Prakarya dan kewirausahaan di kelas XI. Baginya ini belum seberapa. Sebut dia masih banyak yang harus dikerjakan seperti menjadi pembina ekstrakulikuler komputer, menjadi operator website sekolah, mengurusi akses wifi sekolah dan menjadi guru tambahan mengajar Administrasi Perkantoran di sekolah lainnya. Salah satu yang menjadi prestasi bagi dirinya adalah mampu mendidik siswa berprestasi sampai tingkat nasional dan tidak sedikit siswanya mampu berprestasi di kancah kota, dan provinsi. Pekerjaan tambahan bagi dirinya selain mengajar pelajaran sekolah ia juga menjadi tim pengajar olimpiade komputer SMA, pelatih bidang robotik, desain komunikasi visual fotografi dan videografi.
"Bagaimana bisa menjadi pribadi yang mampu melakukan banyak hal?" tanya saya kepadanya. "Ini pertanyaan yang banyak orang tanyakan juga kepada saya" balasnya. Tekun dalam belajar dan yakin pada Allah SWT bahwa semua atas izin dan ridha nya adalah kunci keberhasilan bagi saya. Tambahnya.
Banyak mengerjakan pekerjaan banyak pula bidang yang semakin dia pelajari dan menurutnya, uang memang tujuan pertama, tetapi tujuan utama dalam pekerjaan adalah ibadah dan kepuasan dan kepercayaan oranglainlah yang tetap menghidupkan walau dompet terlihat tidak berpenghuni.
Menjadi si  Multitasking
Berawal dari tuntutan seorang ayah yang mengharuskan seorang laki-laki pada umumnya harus mampu melakukan banyak hal, dimana tadinya laki-laki akan menjadi bapak dari anak-anaknya dan suami yang mampu membahagiakan istri sebagai pendamping hidupnya. Maka sudah sepantasnya seorang laki-laki memiliki banyak keahlian untuk menjalankan hidup serba berkemudahan.
Cerita panjang sebelum menjadi seorang multitasking menurutnya adalah keterpaksaan karena semakin banyaknya kebutuhan. "Dimulai saat dia menginjak pendidikan sekolah menengah pertama dia harus bekerja mencari uang jajan sekolah untuk meringankan kerjaan orang tua sampai akhirnya lulus sarjana di suatu universitas di Sukabumi.
Bisa jadi kebaikan-kebaikan yang dahulu kepada teman-teman juga menjadi pembelajar baginya seperti laptop teman rusak, saya perbaiki dengan belajar dari internet dan teman lain yang mengerti. Teman saya meminta membuatkan desain saya pelajari software nya, teman saya meminta bantuan membuatkan laporan saya juga bantu sehingga pada akhirnya laporan kuliah saya pun mudah saya tulis karena terbiasa" jelasnya.
Keuntungan menjadi Multitasking
Lelah memang menjadi teman setia hidup, tapi lelah itu bukti bahwa kamu seorang pejuang. Inilah kalimat motivasi yang dia jadikan prinsip dalam dirinya untuk menjadi multitasking. Berbicara soal untung, menurutnya dengan rugi yang kamu dapat apakah kamu mendapat pelajaran? Perumpaan kamu terjatuh dan terluka, tentu rugi karena sedikitnya ada saja biaya yang harus keluar untuk mengobati. Tetapi setelah kamu kenali rasa sakit itu dan bangkit pelajaran apa yang kamu dapat? Kamu tidak lagi lalai karena bisa jadi kamu terjatuh untuk kedua kalinya. Inti dari semuanya adalah tidak ada rugi jika kamu mau untuk belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H