Mohon tunggu...
Ayub Al Ansori
Ayub Al Ansori Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penikmat tulisan. Peminum teh hangat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Catatan Pendek untuk Konferwil IPNU Jawa Barat

11 Juli 2017   19:04 Diperbarui: 11 Juli 2017   19:10 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini, masih ada PC di Jabar yang tidak pernah atau sulit melaksanakan Lakmud, karena bisa merekomendasikan anggotanya untuk ikut Lakmud di wilayah lain. Padahal kalau bisa melaksanakan Lakmud sendiri tentu akan menambah gairah kaderisasi di wilayahnya. Tentu ini harus didorong oleh PW sebagai institusi organisasi di atas PC.

Kemudian yang masih menjadi kendala hingga hari ini juga ada pada tataran follow up dan distribusi kader. Pada tataran follow up, sederhananya kita bisa melihat pada kegiatan-kegiatan IPNU, terkadang anggota pasca Makesta atau Lakmud masih belum bisa sepenuhnya mengikuti dan memahami. Penugasan pun kadang masih sulit dilaksanakan. Hanya segelintir saja yang bisa. Ditambah tidak "keyeng" nya pengurus untuk melakukan follow up pada anggota dan kader. Padahal lewat follow up dalam bentuk kegiatan non-formal lah kemampuan anggota dan kader diasah.

Kita juga bisa melihat pada proses kaderisasi formal berikutnya. Secara logika kaderisasi yang mengikuti Lakmud mestilah yang sudah Makesta. Begitupun jumlahnya, taruhlah 30 anggota baru sesudah Makesta mestinya mengikuti Lakmud pada proses berikutnya. Tapi yang terjadi di lapangan sebaliknya, tidak semua anggota bisa mengikuti Lakmud. Begitupun pada jenjang Lakut, tidak semua yang pernah Lakmud berkesempatan mengikuti Lakut. Sehingga kaderisasi IPNU seperti kerucut/segitiga, semakin ke atas semakin runcing/sedikit. Yang jadi persoalan, apakah ini bentuk dari seleksi alam? Atau seleksi kaderisasi yang tersistematis? Jawabannya ada pada diri kita masing2 sebagai kader IPNU.

Belum lagi persoalan distribusi kader. Padahal ini menjadi penting. Tidak selamanya kader IPNU duduk di bangku sekolah menengah. Banyak dari mereka yang ingin menempuh ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Pada tataran ini sudahkah IPNU mewadahi mereka yang ingin terdistribusikan dengan baik?. Minimalnya bagaimana IPNU bisa mengantarkan kader-kadernya ke perguruan tinggi yang dicita-citakannya. Hal ini pun harus menjadi pembahasan yang cukup dalam. Alih-alih bukan kaderisasi formal, hal ini kadang terabaikan. Padahal distribusi kader merupakan bagian dari kaderisasi dalam hal peningkatan kualitas kader.

Tampaknya pada konferwil nanti kita perlu menelaah sistem kaderisasi dirunut dari mendekontruksi atau mengkontruksi atau mendaur ulang paradigma kaderisasi sehingga menjadi apa yang dicita-citakan seluruh kader. Biarkan kita sebagai kader IPNU berdialektika tiada henti. Sambil di sisi lain tetap harus ikhtiar melakukan gerakan kaderisasi semampu dan sekuat tenaga yang kita miliki.

Dengan catatan ini, mudah-mudahan konferwil nanti tidak hanya sekadar pepesan kosong yang dijadikan ajang berlomba-lomba hanya bermodal eksistensi ego dan lebih parah primordial kelompok tertentu. Bukan begitu rekan?. Wallahu a'lam bisshowab.

Bertekad bulat bersatu di bawah kibaran panji IPNU!

Salam Pelajar!

@Ayub_Jambu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun