Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Betlehem Memanggil - Maukah Kita Pergi?

16 Desember 2024   15:46 Diperbarui: 16 Desember 2024   15:46 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seperti Musa memimpin umat Israel dari perbudakan Mesir, demikian Yesus akan memimpin manusia lepas dari perbudakan dosa (pixabay.com)

Berita tentang kedatangan orang-orang Majus yang mencari seorang Raja baru yang baru saja dilahirkan mengejutkan Herodes Agung. Perasaan terancam oleh kehadiran bayi tersebut mendorong Herodes melakukan tindakan kejam. Ia memulai pembantaian terhadap bayi-bayi laki-laki berusia dua tahun ke bawah di Betlehem, sesuai dengan informasi yang diberikan oleh para Majus.

Yusuf dan Maria, yang mendengar rencana ini, segera memutuskan untuk mengungsi demi melindungi anak mereka, Yesus. Mesir menjadi pilihan mereka, karena berada di luar jangkauan langsung kekuasaan Herodes. Meskipun demikian, Mesir dan Yudea sebenarnya masih berada di bawah kendali Kekaisaran Romawi, dan kedua wilayah ini terhubung melalui jalur perdagangan utama yang dikenal sebagai "jalan laut." Rute ini membentang dari Yerusalem menuju pantai Mediterania di Gaza, kemudian melintasi pesisir hingga Gurun Sinai. Jalur ini bukan hanya penting secara perdagangan, tetapi juga memungkinkan perjalanan yang relatif mudah dan aman.

Perjalanan sekitar 240 kilometer ini menggambarkan ketegangan dan risiko yang dihadapi Yusuf dan Maria. Penduduk Betlehem saat itu diperkirakan kurang dari 1.000 orang, dengan jumlah bayi yang mungkin hanya berkisar antara 20-40. Kekejaman Herodes mengorbankan kebahagiaan rakyat kecil dan selamanya tercatat dalam sejarah sebagai lambang ambisi manusia yang tak terkendali.

Namun, peristiwa ini juga mencerminkan kisah besar umat Israel: seperti Musa yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju kebebasan, Yesus kelak menjadi pembebas manusia dari belenggu dosa.

  • Natal dan Pengungsi Masa Kini

Tema Natal Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) 2024, "Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem" (Lukas 2:15), mengingatkan kita pada keputusan para gembala yang dengan iman besar meninggalkan padang untuk mencari Sang Juruselamat. Para gembala, yang dipandang rendah dalam hierarki sosial Israel kuno, mendapat kehormatan istimewa sebagai saksi kelahiran Raja segala raja.

Ironisnya, di tengah dunia modern, status sosial kini sering didefinisikan melalui citra yang diproyeksikan di media sosial. Manusia berlomba-lomba menunjukkan versi terbaik dirinya: liburan mewah, makanan mahal, bahkan aktivitas keagamaan, dengan keyakinan palsu bahwa citra sempurna membawa kebahagiaan. Namun, ini adalah ilusi.

Manusia menampilkan versi terbaik mereka dalam Media Sosial (pixabay.com)
Manusia menampilkan versi terbaik mereka dalam Media Sosial (pixabay.com)

Berita kelahiran Yesus yang dulu membuat Herodes merasa terancam kini tetap relevan. Seperti Yusuf dan Maria yang harus mengungsi, jutaan orang di zaman ini juga terusir dari rumah mereka. Pengungsi dari Suriah, Lebanon, Palestina, dan tempat lainnya harus meninggalkan kenyamanan dan tanah air mereka karena perang, konflik, atau kediktatoran penguasa. Kehidupan mereka sering kali kekurangan, terabaikan atau direndahkan, seperti halnya para gembala di zaman Kristus. Namun, di mata Tuhan, mereka semua berharga.

Sementara dunia berlomba mempertahankan kekuasaan dan kenyamanan, Natal mengundang kita untuk melihat hidup dari perspektif yang berbeda. Apakah kita, seperti para gembala, bersedia meninggalkan zona nyaman kita dan mencari Yesus dengan iman, atau kita seperti Herodes yang merasa terancam dan menolak tawaran damai dari Tuhan?

Berita Natal bukan hanya tentang bayi di palungan, tetapi tentang panggilan untuk berdamai dengan Allah dan sesama. Di tengah penderitaan pengungsi dan orang-orang terpinggirkan, mampukah kita menjawab panggilan ini dengan hati yang terbuka? Betlehem memanggil---maukah kita pergi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun